Lihat ke Halaman Asli

Sajadah Daun Pisang

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

lalu masihkah ada kegelisahan yang sudi bertamu temu?

di atas setetes waktu...

sujudku,

rindu ingin bertemu keabadian waktu

walau menyulam takut dengan segan silu

akulah aku...

di atas daun pisang, airmata syukurku bersajadah syahdu.

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?* Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?**

Sassa, 07 Okt 2010.

*) Al Quran, Surah Al Ghaasyiyah ayat 18.

**) Al Quran, Surah Al Ghaasyiyah ayat 20.

Catatan kaki: Puisi ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya yang pada ketika itu sedang menjalankan tugas dari perusahaan dan berada di lokasi hutan yang jauh dari pemukiman warga. Ketika itu, tibalah saatnya untuk saya menunaikan sholat fardhu Asar dan tanpa berfikir panjang (spontanitas) saya pun mengambil beberapa lembar daun pisang bekas tebangan untuk saya jadikan sajadah. Ide untuk menuliskannya baru saya dapatkan setelah teman sekerja saya mengatakan “sajadah daun pisang, ya?!”.  Puisi ini juga dimuat dibuku antologi puisi "munajat sesayat doa"  terbitan Leutika Prio.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline