Tumbuh kembang anak didukung oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kesehatan mental. Kesehatan mental anak turut berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan perilaku anak hingga dewasa nanti.
Dengan mental yang sehat, anak akan berkembang dan tumbuh dengan baik. Oleh sebab itu, selain kesehatan fisik anak, kesehatan mental anak juga perlu diperhatikan orang tua. Sehat mental diartikan sebagai kondisi individu yang berada dalam keadaan sejahtera, mampu mengenal potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan sehari-hari, dan mampu berkontribusi di lingkungan sosialnya (WHO, 2015).
Kesehatan mental dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti faktor psikologis, biologis, interaksi sosial, sekolah, keluarga, dan lain sebagainya. Kesehatan mental memiliki hubungan yang bersifat kontinum.
Jika dilihat dari kontinumnya, kesehatan mental yang tidak diperhatikan dapat berkembang menjadi mental health problem. Mental health problem ini jika tidak ditangani secara efektif akan berkembang menjadi mental illness pada anak hingga mencapai usia dewasa. Keadaan ini relatif menetap namun dapat berubah seiring waktu ataupun situasi yang dialami anak.
Mental health problem terjadi lebih umum dan dapat dialami dalam waktu sementara sebagai reaksi terhadap tekanan hidup pada anak. Mental health problem mengganggu cara seseorang berpikir, merasa dan berperilaku (Dunn, 2016).
Mental health problem dapat muncul dari berbagai aspek, seperti emosi, perilaku, atensi, serta regulasi diri. Mengalami kekerasan di masa kecil, merasa terasing dari lingkungan, kehilangan orang yang dicintai, stress yang berkepanjangan, penyalahgunaan obat-obatan adalah beberapa contoh faktor yang dapat memicu seorang anak memiliki mental health problem.
Anak yang sehat mental atau memiliki positive mental health mampu menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Anak menunjukkan kesejahteraan dan merasakan kebahagiaan. Salah satu ciri anak yang sehat mental adalah memiliki resiliensi. Resiliensi didefinisikan sebagai proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi kesulitan yang signifikan (Luthar et al., 2000 dalam Schoon, 2006).
Resiliensi merupakan kapasitas untuk mengatasi kesulitan dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup. Resiliensi erat kaitannya dengan kemampuan dalam menyesuaikan diri. Ketika anak mampu menyesuaikan diri, mampu mengatasi kesulitan dan bangkit dari kesulitannya, mereka dianggap memiliki resiliensi.
Sehingga dapat dipahami kesehatan mental anak tidak hanya diartikan sebagai kondisi mental anak yang tidak mengalami penyakit mental, namun juga mencakup kemampuan untuk berpikir secara jernih, mengendalikan emosi, dan bersosialisai dengan anak seusianya.
Anak yang memiliki kesehatan mental yang baik akan memiliki beberapa karakter positif, misalnya dapat beradaptasi dengan keadaan, menghadapi stress, menjaga hubungan baik dan bangkit dari keadaan sulit. Sebaliknya, kesehatan mental yang kurang baik pada masa anak-anak dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius akibat ketidakseimbangan mental dan emosional, serta kehidupan sosial anak yang kurang baik.