[caption id="attachment_183340" align="alignnone" width="300" caption="Inter Milan juara Liga Champions"][/caption] Skuad Football Club Internazionale Milano S.p.A atau Inter Milan sudah menginjakkan kaki di Jakarta. Tim il Nerazurri (si biru hitam) ini akan bermain dua hari di stadion Gelora Bung Karno. Bagi Internisti (fans Inter Milan) sudah menjadi kewajiban menyaksikan klub kesayangannya. Atau buat penggemar sepakbola, pertandingan Inter ini memang patut dipelototi. Selain bermain di publik Indonesia, Klub il Biscone (si ular besar) ini juga akan memajang tropi Liga Champions yang didapatkanya pada tahun 2010 lalu. Promotor juga akan menampilkan foto-foto dan pernak pernik tentang kesuksesan Inter di kompetisi Italia maupun Eropa. Ya semua pernak-pernik itu memang akan menjadi magnet bagi publik Indonesia. Tetapi selain pernak-pernik semua itu, ada satu barang yang mungkin tidak akan dibawa dari Italia untuk dipajang. Tetapi menarik buat saya lihat. Barang itu adalah surat Subcomandante Marcos seorang pemimpin Ejército Zapatista de Liberación Nacional (EZLN) ke Presiden Klub Inter Milan Massimo Moratti. Zapatista adalah sebuah gerakan di Meksiko yang mulai terdengar namanya tahun 2004 silam. Gerakan masyarakat adat Provinsi Chiapas di Meksiko ini banyak menyuarakan anti perdagangan bebas. Zapatista juga terkenal dengan pasukan tentaranya yang memakai penutup muka sehingga tak bisa dikenali wajahnya.
Kembali ke surat Zapatista, ya Mei 2005, Inter mendapatkan surat dari Marcos. Surat itu berisi undangan klub Inter Milan bermain melawan tentara pembebasan Zapatista yang hobi juga bermain bola. Namun jauh hari sebelum surat itu mampir ke Inter Milan, klub ini memang sudah mengirimkan banyak bantuan berupa uang dan beberapa barang ke kelompok Zapatista. Kapten Inter Milan, Javier Zanetti pun dengan tegas mendukung gerakan pembebasan Zapatista ini. Kapten asal Argentina ini pun bersedia untuk bermain melawan Zapatista. Lucunya juga dalam surat undangan itu juga, Marcos meminta agar Inter membawa bola karena bola milik kelompok itu banyak sudah kempes. Tidak jelas, apakah Inter akhirnya memenuhi undangan itu atau tidak. Namun banyak yang bertanya-tanya, mengapa Inter dan Zapatista bisa berhubungan. Banyak media kala itu yang membahas hubungan Inter dan Zapatista yang memang patut dipertanyakan. Hubungan Inter dan Zapatista saat itu juga membuat Bos AC Milan seteru inter, Silvio Berlusconi yang saat itu PM Italia semakin berang dengan tindak-tanduk klub rivalnya. Apalagi hubungan Italia dan Meksiko jadi agak retak karena saat itu Zapatista memang musuh nomor satu pemerintah Meksiko. Dari buku "Drama itu Bernama Sepak Bola" yang ditulis Arief Natakusumah menunjukkan ada hasil investigasi koran di Amerika Serikat yang ternyata menunjukkan adanya hubungan antara kandungan minyak di Chiapas dengan Moratti yang juga pengusaha minyak. Sungguh menarik kisah Inter Milan yang jauh dari persoalan taktik di lapangan hijau. Entah bagaimana akhir hubungan Zapatista dan Inter ini. Nah, mumpung Inter sedang datang ke Indonesia, mungkin bisa juga ditanyakan hubungan klub sepakbola seperti Inter Milan yang mementingan keuntungan dengan kelompok Zapatista yang berjuang untuk masyarakat miskin. Atau minimal, Surat Marcos pemimpin Zapatista itu bisa dipajang di Senayan untuk dipertontonkan publik. Sepakbola memang bukan hanya urusan di lapangan hijau saja. Banyak yang bisa dinikmati di luar lapangan. Salam sepakbola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H