Lihat ke Halaman Asli

Nduk..., Lekaslah Besar Buah Hatiku

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah lima  hari ini kamu tidak ngedot nduk. Jangankan  ngempeng seperti kesukaanmu selama ini, meminta pun tidak.

Dulu, jika kamu ngantuk, satu hal yang terucap dari mulut mungilmu adalah, “buk…, mimik cucu” atau “pak…, mimik cucu.” Setelah kami penuhi permintaanmu, sejenak kamu minta gendong. Dengan iringan lagu nina bobok, ilir ilir atau kasih ibu, biasanya kau pun segera tertidur pulas.

Itu dulu  nduk….

Kini, jika kamu mengantuk, satu hal yang terucap dari mulut mungilmu adalah, “buk…, gendong” atau “pak…, gendong.” Hanya itu, tanpa permintaan mimik susu. Saat kami tawarkan, “mau mimik susu…?” dengan serta merta kau  jawab, “nggak mau…., gendong aja…!” sambil merengek.

Nduk…., ternyata kamu sudah besar. Sudah tidak mau ngempeng lagi. Itu semua terjadi saat tujuh  hari yang lalu, tepatnya tanggal 4 Juni 2012. Saat  kedua gigi depanmu terasa sakit.

“Nduk…., lekaslah besar. Tinjulah congkanya dunia buah hatiku,” itu kata kata Iwan Fals yang  sering bapak  bisikkan di telingamu.

“Nduk…., lekaslah besar. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain,” itu kata kata orang suci yang paling bapak hafal.

“Nduk…., lekaslah besar. Do’a dan harapan  kami  adalah agar kamu menjadi orang jujur. Itu saja. Tidak kurang dan tidak lebih.  Tidak sulit kan nduk… ? Tolong penuhi harapan kami ya nduk…., cah ayu….”

Salam dari kami bapak dan ibumu.

@lambangsarib

www.lambangsarib.wordpress.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline