Lihat ke Halaman Asli

Uniknya Sistem Evaluasi Pembelajaran Guru (S)

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428582039156418887

Didalam suatu proses belajar pembelajaran didalam kelas, tentu sistem evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau pendidik terhadap bagaimana perkembangan peserta didiknya akan sangat penting. Mengapa tidak, karena dengan adanya sistem evaluasi pembelajaran maka guru atau pendidik di sekolah akan mengetahui bagaimana perkembangan peserta didiknya.

Apabila suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut mampu mengembangkan potensi dari peserta didiknya maka hal tersebut akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri atas pencapaian yang telah dilakukan oleh guru atau pendidik tersebut.

Lalu apa saja sistem evaluasi pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru atau pendidik terhadap peserta didiknya. Hal yang umum dilakukan adalah lewat penilaian atau pengukuran yang dilakukan oleh pendidik atau guru terhadap perkembangan peserta didiknya. Didalam proses evaluasi pembelajaran biasanya guru menggunakan sistem evaluasi pembelajaran melalui tes ataupun lewat non tes.

Didalam sistem evaluasi pembelajaran melalui tes ataupun lewat non tes guru harus punya sistem penilaian yang standar sesuai dengan peraturan yang telah disepakati disekolah. Misalkan sistem evaluasi pembelajaran lewat tes yaitu dengan cara memberikan ujian tulis ataupun lisan, kemudian sistem evaluasi pembelajaran lewat non tes menggunakan sistem penilaian bagaimana perkembangan peserta didik baik dari segi afektif dan psikomotorik siswa.

Disetiap kurikulum yang berbeda pasti akan mempunyai perbedaan disetiap sistem evaluasi pembelajaran, misalkan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) yang perlu menggunakan pendekatan penilaian yang terpadu untuk menunjukan suatu hasil atau disebut dengan outcomes pendidikan yang dilakukan secara komprehesif.

Berbicara tentang guru sosiologi tentu ini adalah hal yang menarik untuk disimak terutama tentang bagaimana cara sistem pengevaluasian pembelajaran.
Inilah hal yang paling unik tentang bagaimana sistem evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru sosiologi. Berikut adalah hal pokok pikiran yang melatar belakangi perlunya pendekatan baru didalam pengevalusaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru sosiologi, diantaranya :
1. Sumber belajar siswa sangatlah beragam (MULTI-RESOURCES)
2. Metode dan proses belajar mengajar sangat beragam (MULTI-METHODES)

3. Hasil belajar sangat kompleks (MULTI-COMPLEXS) karena menyangkut dari hal
kompetensi kepribadian siswa.

Kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik khususnya guru sosiologi bukanlah sembarangan namun harus mempunyai prinsip-prinsip penilaian yang dilakukan, terutama dalam basis kelas, diantaranya :
1. Suatu materi penilaian harus bersifat otentik yang mempunyai konteks dengan
fenomena yang nyata dalam kehidupan masyarakat.
2. Penyelenggaraan penilaiannya mempunya keterlanjutan (CONTINOUS
PROGRESS
) dan meliputi tes formatif (menilai proses) dan tes sumatif (menilai
hasil)
3. Teknik penilaian yang digunakan dapat dilihat dari metode, ukuran dan kriteria
yang sesuai dengan bagaiamana karakteristik proses belajar mengajar.
4. Aspek yang dinilai haruslah menyeluruh baik berupa kognitif, afektif dan
psikomotorik
siswa.

Mengenai bagaimana problematika pembelajaran sosiologi disekolah tentang sistem evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, maka saya tidaklah ingin terlalu banyak membuat opini mengenai hal tersebut. Disetiap pembelajaran pasti mempunyai beberapa hal dalam sistem pengevaluasian pembelajaran. Disini saya hanya ingin memberikan opini tentang problematika pembelajaran sosiologi disekolah yang dimana guru atau pendidik disini merupakan faktor yang terpenting ketika proses mengajar.

Jika saya flashback tentang guru sosiologi terdahulu saya mengenai cara mengajarnya maka akan banyak problem dan kelebihan yang akan kita bahas menyangkut cara mengajar guru saya tersebut.
Yang pertama adalah, kurangnya pembelajaran yang memicu keingin tahuan peserta didiknya agar bisa membedah masalah-masalah yang ada dilingkungannya terutama agar peserta didiknya bisa memberikan opini tersendiri terhadap masalah tersebut.
Yang kedua adalah, suatu eksistensi dari guru tersebut bukanlah sebagai fasilitator yang membelajarkan siswa, namun menggurui siswa. Guru adalah sumber ilmu namun tetaplah siswa merupakan gudang dari ilmu.
yang ketiga adalah, ketika penyampaian pesan pembelajaran dengan media yang kurang interaktif dan atraktif. Yang dimana siswa diharapkan mampu menyenangi pelajaran tersebut, membutuhkan ilmu tersebut serta dapat melaksanakan pesan dari pelajaran tersebut.

Lalu jika kita melihat dari hal tersebut maka tentu pencapaian untuk guru tersebut dalam hal evaluasi belajar siswanya, maka akan didapatkan hasil evaluasi pembelajaran yang kurang memuaskan.

Namun seiring perkembangan metode mengajar saat ini. Saya menanyakan tentang cara mengajar guru tersebut apakah masih sama seperti dulu atau sudah berubah, dan ternyata jawaban dari siswanya adalah guru tersebut mengajar dengan cara enjoy to learning yaitu memberikan materi pelajaran yang kemudian di seimbangkan dengan humor ketika mengajar, sehingga siswa merasa sangat nyaman untuk mengikuti pelajaran guru tersebut, selain itu peserta didik dari guru tersebut banyak yang ingin mengikuti karir dari guru tersebut yaitu menjadi guru sosiologi karena menurutnya ilmu sosiologi adalah ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari.

Sekian informasi dari saya, semoga bermanfaat, salam EXTREME 1212*.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline