Lihat ke Halaman Asli

Pertemuan Akhir Senja

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ketika langit telanjang malam itu
di atas setengah lingkarannya kita duduk berdua
aku membelai irama potongan pasir sutra
dalam nyanyianmu tentang lagu edelwis senja

"kasih, mengapa kau sulut lagu remang ini
di tengah kegelapan malam"
aku bertanya padamu

"kau tau mengapa edelwis hanya ada di puncak gunung?"
kau menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan baru

"bukankah keabadian selalu bernama harapan?"
aku pun menjawabnya dengan pertanyaan lainnya

"lantas mengapa edelwis selalu berlumur senja?"
dari adamu lahir pertanyaan baru lagi

"entahlah, dendam seperti apa yang
dianut oleh senja pada sang edelwis"
akupun menjawab dengan pertanyaan yang bertanya

"tapi, bisakah edelwis hidup tanpa gunung?"
jawabmu dari pertanyaan yang bertanya tanya

seketika percakapan selanjutnya sirna
setelah sang mentari datang untuk membakar mereka
kini mereka melepuh dalam gumpalan abu yang hijau

09022011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline