Lihat ke Halaman Asli

Lala Riski Wisnu Widayat

seneng gambar nulis dan jualan

Nikmat Setelah Rahat

Diperbarui: 23 Maret 2020   04:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Hari ini sudah hampir 2 minggu kegiatan ditiadakan, perkantoran, pembelajaran, dan segala aktifitas yang kini hanya dapat dilakukan di rumah. Ada beberapa hal yang mungkin kita bersama merasakannya hampa, yakni tidak adanya interaksi sosial tidak adanya sebuah upaya dimana kita bertegur sapa dengan senyum melainkan bersikap hampa. 

Semua yang diatur oleh sekelompok, organisasi, asosiasi maupun hirarki tidak dapat dijalankan dengan leluasa, semuanya terbuai karena sebuah pandemi virus yang banyak membuat orang resah.

Beberapa hari yang lalu kita memiliki beberapa hal yang dapat dibagi, namun kini semuanya berbuah menyendiri. Banyak orang harus merelakan beberapa materi mereka terbengkalai, banyak orang yang harus merelakan tidak sedikitnya kasih sayang yang hilang dan pergi tak dapat dipamiti. Tertutup dan bahkan tak dapat lagi dilihat lagi senyum dari beberapa orang. 

Tangis haru, dan bingung segala didepan kita semua ini tak kasat mata! Betul kata pepatah kita dapat merencanakan suatu namun Tuhan yang menentukan. Jalan yang diberikan Tuhan kali ini adalah sebuah jalan yang besar "shirrat( jalan besar )" dimana di tiap ibadah kita semua menyebutkannya dan kini kita semua merasakannya.

Kapan kita menemukan "Shiratalladzina an amta alaihim ( Jalan Orang-orang yang Kau beri Nikmat )  " seperti tanya kita kepada Tuhan di hampir tiap hari , kini semuanya bagai menjerit dalam sebuah ayat " ghairil maghdubi alaihi walladhaa lin (bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula mereka yang sesat) ". Sekarang bagaimana kamu memulai hidup dari sebuah perjalanan harus tertunda, sekarang sebuah rencana besarmu untuk mengubah kemajuan peradaban harus tertunda semuanya lirih dirumah menanti perkembangan seluruh perjuangan tanpa peluru dan tanpa bersimba darah. Luka batin luka raga dalam diri semua tak terlihat hanya karena sebuah wabah.


Pernahkah kamu berdoa memohon padaNya untuk kepulihan semua ini? Atau kau masih berdoa berharap hidupmu selalu bahagia? Atau mendoakan dirimu sendiri semoga selalu selamat tanpa memerdulikan orang lain?. Pernahkah sekali saja berpikir? bagaimana musibah wabah, ekonomi dan moral dapat terselesaikan dengan baik melalui sebuah hal yang kau buat? Atau petaka malah kau tambah dengan selalu menghadirkan keuntungan primordialmu? "Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai Penolong, yang harapannya pada Tuhan AllahNya( Mazmur 146:5)" dari ayat ini kita semua juga akan sadar bagaimana kita harus bahu-membahu untuk segera mengentaskan kesulitan ini, bila sekarang kita merasa ekonomi diri kita tidak baik, kita sedang lesu, banyak hal yang harus kita selesaikan namun tertunda, jangan pernah merasa sendiri! Kita semua adalah pemilik harapan pada Allah. Bila semuanya telah usai apa yang hilang dari kita saat ini dapat dicari, apa yang tertunda saat ini dapat kita bangun lagi, dan apa yang telah terurai saat ini dapat kita ikat lagi.


Dirumah saat ini adalah hal yang paling baik, sedang bila kau diluar sana akan membuat orang resah. Bila jenuh kita semua dapat berditaksi dengan Tuhan, kita semua dapat selalu berdialog dengannya bagaimana kita menghadapi semua ini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline