Selamat malam pemirsa sebangsa setanah air, kini lagi ngetrend nih tentang goyang PPAP, atau Pen Pineaple Aple Pen. Yang mana di vidio ini menontonkan kita tingkah lucu dari seorang bapak-bapak yang mengenakan baju dan selendang seperti warna kulit macan lalu berjoget lenggak lenggok ke kanan kiri dan memperagakan goyangan tersebut.
Nah kini kompasianers goyang PPAP ini sedang menjadi trending topic di kalangan selebritis agamawan dan juga para alayers. Goyangnya singkat dan mudah kok, bisa memakai segala jenis pakaian apapun yang jelas goyangan ini semakin asoy jika di bumbui dengan kalimat kalimat dan juga tingkah aneh dari orang tua. Ya.. di Semarang siang ini segerombolan masa yang mengatasnamakan ormas Islam berebut panggung untuk bisa menjadi leader goyang PPAP. Aksi mereka dari siang hari hingga petang membuat arus jalan macet hanya karena ke alayan mereka jalan jadi macet Pak Kapolda turun langsung ke acara.
Apa sih tujuan om om yang pake sorban putih, daster dan juga jenggot kliwiran? Tujuannya hanya ingin menghentikan acara asyuro dan menyebarkan brosur angsuran rumah dengan cicilan rendah bermodel syariah dari mereka. Makin kesini lagi acara mereka gelar sebelumnya di halaman kantor Gubernur Jawa Tengah pada siang hari, namun sayang terik menyinari takut jenggot yang tadinya udah di rebonding jadi kotor kena panas kena debu, dan pakaian jadi nggak putih mulus lagi karena mereka nggak pake Vanish(baca yang bener). Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah di tempat di selenggarakannya acara Asyuro atau Haul Habib Akbar Husain bin Ali Al Hasimi yang terletak di jalan layur, petek, kampung baru Semarang.
Ya seperti biasa mereka berkonvoi bak anak SMA yang baru lulus(untungnya nggak bawa brush) membawa sound lengkap, juga membawa P3K(nasi bungkus, mijon, pocari sweet) sambil berteriak-teriak Allahu Akbar. Tapi 1 hal yang saya ingin tanya pada mereka “udah bayar parkir apa belum tadi di pahlawan?” dan acara mereka mendapat sorotan warga kampung karena mereka berhasil mencari tempat berteduh di dalem masjid yang mana jenggot pakaian mereke tidak bisa kotor karena telah memasuki wilayah batas suci. Wargapun antusias dengan kedatangan mereka tak lupa mereka membuka warung mereka dan mulai berdagang tapi sayang satupun diantara mereka nggak ada yang jajan Rokok ataupun Kopi dan wargapun putus asa lalu menutup warungnya.
Aksi mereka telah mendapat perhatian banyak warga, pada
hal warga kampung yang tadinya takut dengan muka dan gelagat mereka kini menjadi iba dan sanksi karena jauh jauh datang hanya mencari tempat berteduh, kawalan polisi dan panitia asyuro telah siap siaga namun tak ada aksi yang mengundang adrenalin mereka. Hanya ada penyusup yang bermuka setengah lapar yang akhirnya kami beri nasi kotak untuk makan siang, mungkin dia dikucilkan dari rombongan karena tak suka minum susu dan strawberry. Ya begitulah singkat cerita tentang intoleransi berkedok agama, untungnya penulis tidak menuliskan ayat ayat untuk menangkis pernyataan mereka karena penulis berfikir main ayat kalo cuman buat nyari duitkan nista, mending ngalay dan dihina lebih mulya...
Sekian dari penulis semoga acara yang diselanggarakan minoritas selalu mendapat perhatian dan penjagaan yang cukup guna menghindari kaum daster... babay...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H