Lihat ke Halaman Asli

lalan ramdan

Pengajar

Pendidikan Profesi Guru (PPG) Jadi Pendidik yang Benar

Diperbarui: 20 Juni 2023   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika mendengar kata PPG dibenak saya adalah kata yang sering saya hindari dikarenakan selalu membayangkan dengan  banyaknya tugas, serta waktu yang harus banyak diluangkan untuk kegiatan tersebut, Sudah sering saya dapat pemanggilan untuk ikut PPG namun, selalu saya abaikan hingga akhirnya saya tersadar untuk mengikuti pemanggilan PPG tersebut setelah saya mengikuti serangkaian ujian hingga akhirnya masuk kedalam suatu perkuliahan disitu mulai menyadari ternyata kegiatan tersebut banyak memberikan kesadaran bahwa menjadi seorang pengajar bukan hanya tentang bagai mana materi tersampaikan, akan tetapi bagai mana materi tersampaikan dengan memposisikan diri kita sebagai penerima materi (siswa).

Pemahaman siswa terhadap suatu materi akan memiliki banyak perbedaan ada yang cepat memahami, ada yang lambat dalam memahami. hal ini harus dipahami oleh banyak guru, jadi ambilah posisi diri kita sebagai murid yang memiliki keterlambatan dalam memahami suatu materi, sehingga dalam proses pembelajaran akan tersampaikan walaupun menyita banyak waktu, fikiran maupun tenaga.

Dalam memposisikan kita sebagai siswa yang lambat dalam memahami materi, maka kita akan berfikir keras bagai mana mengemas suatu materi sesederhana mungkin, bisa kita mengkaitkannya ( mengemas)  dengan suatu habit atau kebiaasan sehar-hari. Hal ini akan lebih mudah tersampaikan (dicerna) apa yang ingin kita sampaikan, Siswa tidak serta merta mau mengikuti proses pembelajarannya berdasarkan hati nurani adakalanya juga siswa belajar disekolah hanya kerena trend (melihat teman sebayanya bersekolah), tuntutan orang tua, maupun lingkungan sekitar.

Saya masih ingat kata dosen saya sewaktu di PPG siswa hanya menyukai 2 jam pelajaran yaitu jam istirahat sama jam pulang, kalau difikir memang benar perkataan tersebut selama pembelajaran berlangsung ketika bel istirahat dan pulang seketika suasana ricuh, bahagia dan tertawa-tertawa bahkan mimik wajahpun sangat ceria begitu drastis perubahan tersebut jika dibandingakan ketika keadaan proses pembelajaraan.

Lalu siapa yang harus disalahkan? apakah gurunya? ataukah siswanya? Perlu bagi seorang pendidik untuk merefleksikan diri, tanya kepada diri sendiri selama ini apakah siswa nyaman? adakah gurunya mau mendengarkan keinginan siswa mendengar keluh kesahnya?

jadilah seorang pendidik yang menjadi orang tua bagi mereka, buat mereka nyaman jika sudah nyaman kedatangan kita akan ditunggu-tunggu kedatangannya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline