Lihat ke Halaman Asli

Dampak Kekerasan Seksual terhadap Perkembangan Belajar Siswa

Diperbarui: 4 November 2023   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kekerasan seksual selalu menjadi topik hangat dalam setiap pembicaraan di berbagai media karena maraknya kasus tersebut di lingkungan sekitar dan dapat terjadi pada siapapun, termasuk anak-anak dan siswa. Hal ini pula yang menjadi alasan bahwa kasus kekerasan seksual selalu meningkat di setiap tahunnya. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyajikan data terkait kasus kekerasan yang dialami anak, yaitu sebanyak 11.057 kasus di tahun 2019, sebanyak 11.270 kasus di tahun 2020, dan sebanyak 12. 566 kasus di tahun 2021 pada bulan November.

Selain itu, pada tahun 2017, Komisi Nasional Perempuan menyebutkan 15 jenis kekerasan seksual yang di dalammya termasuk pemaksaan perkawinan, perkosaan, dan pelecehan/kekerasan seksual. Hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi pendidik, orang tua, dan siswa itu apabila seorang siswa mengalami kekerasan seksual. Tidak hanya itu, hal ini pun berimplikasi pada perkembangan belajar yang dialami oleh siswa.

Seorang siswa yang mengalami dan menjadi korban kekerasan seksual akan mendapat gangguan fungsi dan perkembangan yang berdampak pada otaknya. Hal ini tentu akan menghambat perkembangan belajar siswa karena ia akan sering memikirkan peristiwa tidak mengenakkan yang telah terjadi pada dirinya, sehingga ia akan menjadi murung dan tidak memiliki waktu bermain serta belajar. Selaras dengan hal itu, salah satu jenis kekerasan seksual menurut Komisi Nasional Perempuan (2017), yaitu pemaksaan perkawinan. Menurut Dian Kartika Sari, Sekretariat Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia, mengatakan bahwa telah terjadi kasus orang tua yang menikahkan anaknya usia 10 tahun dan terpaksa harus melakukan hubungan seksual padahal ia belum dewasa.

Tidak hanya itu, kasus kekerasan lainnya yaitu seorang anak usia 10 tahun di Karangasem dicabuli guru les di hari pertamanya belajar, siswi SMA di Bone telah diperkosa oleh 11 pria yang salah satunya adalah pacar korban, dan terjadinya pelecehan seksual berupa merekam aktivitas Perempuan di toilet perempuan di salah satu kampus di Yogyakarta, dan kasus seorang siswi SMP di Jakarta Selatan diduga telah dicabuli pejabat. Keluarga dari korban mengatakan bahwa korban mengalami penurunan nilai yang sangat jelas dengan skor nilai 40, 30, bahkan 20. Beberapa kasus tersebut tentu akan membuat korban mengalami trauma bahkan mengalami penuruan nilai di sekolah.

Dampak lain dari terjadinya kasus kekerasan seksual selain pada perkembangan belajar siswa ialah munculnya rasa malu, tercemar, tersinggung, merasa terhina, geram, marah, kehilangan harga diri, kecewa, kehilangan kesucian, dan lain-lain (Supardi dan Sadarjoen dalam Ramadhani, S. R.: 2022). Tidak hanya itu, kekerasan seksual juga dapat berdampak pada gangguan emosional ke arah negatif seperti malas dan terjadinya trauma pasca kejadian seperti ketakutan dan kecemasan berlebih (Anindya, A.: 2020).

Setelah pemaparan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kekerasan yang terjadi pada siswa dapat berdampak pada berbagai hal, salah satunya dapat berdampak pada perkembangan belajarnya karena ia mengalami trauma. Oleh karena itu, sebaiknya siswa tersebut dapat lebih diperhatikan dan dipantau agar kejadian kekerasan seksual tidak terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline