Lihat ke Halaman Asli

Laksita Anaura

Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Kisah Mbah Prapto Bertahan Jadi Kusir Andong Selama 60 Tahun

Diperbarui: 26 Mei 2024   05:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Prapto Suhardjo duduk diatas andong miliknya di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Rabu (24/11/2021). (Foto: Laksita Anaura)

Yogyakarta – Menjadi kusir andong kini tak mengasyikan seperti dulu. Pasalnya jumlah penumpang setiap tahun bukan bertambah, justru kian berkurang. Hal inilah yang dirasakan oleh Mbah Prapto Suhardjo yang sudah menjalani profesi kusir sejak 60 tahun silam.

Sebagai ikon transportasi di kawasan wisata, tentunya para sopir atau kusir andong di kawasan Malioboro ini menggantungkan hidupnya dari aktivitas wisatawan. Jika wisatawan ramai berkunjung, maka penghasilan mereka juga akan besar. Begitu pula sebaliknya.

Mbah Prapto Suhardjo (77) atau yang akrab disapa Mbah Prapto mengaku telah bekerja sebagai kusir andong sejak tahun 1961. Beliau memilih profesi sebagai kusir lantaran pekerjaan itu merupakan turun temurun dari keluarganya.

Alasan mengapa Mbah Prapto masih menjadi kusir andong hingga saat ini, yaitu beliau ingin melihat anaknya sukses dan bisa meraih cita-cita yang diinginkan.

Ketika pandemi Covid-19 terjadi, perekonomian para kusir andong ikut terdampak sehingga penurunan wisatawan berakibat pada penurunan penghasilan mereka. 

Penurunan ini tentunya berdampak keseluruh sektor kehidupan para kusir andong, karena kebutuhan hidup kusir andong bergantung pada penghasilan mereka sehari-hari.

Ketua Paguyuban Kusir Andong DIY, Purwanto mengatakan berdasarkan data yang dimiliknya sejak pandemi Covid-19 jumlah anggota yang tergabung di Paguyuban Kusir Andong DIY terus berkurang secara signifikan.

Ia menjelaskan, ada sekitar 149 andong di DIY yang tidak sanggup bertahan di tengah pandemi Covid-19. Saat ini total kusir andong yang tersisa hanya sebanyak 387 dan masih bertahan hingga saat ini.

Meski begitu, dirinya tetap berharap agar angkutan tradisional sebagai ikon di Malioboro itu bisa tetap lestari. Menurut Purwanto, sepinya wisatawan di kawasan Malioboro ini baru bisa teratasi ketika pandemi Covid-19 bisa teratasi.

“Mungkin kalau program vaksinasi semua sudah selesai, perekonomian baru bisa normal lagi. Kalau kami sudah sekitar 85 persen (kusir) yang telah menerima suntik vaksin,” ucapnya.

Dampak ekonomi yang dirasakan para kusir andong adalah terjadinya penurunan pendapatan karena menurunnya jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang ke Malioboro.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline