Tulisan ini mungkin tak terlalu berarti untuk mereka yang tak suka tentang cerita atau curahan hati. Namun, ini berarti untuk sebuah keluarga kecil yang dipersatukan melalui sebuah nama Al-Farabi.
Tak terasa waktu begitu cepat berputar dan meninggalkan begitu banyak kenangan yang akan selalu kita kenang, bukan. Kurang lebih tiga tahun lamanya kita bergandeng tangan, bahu-membahu satu sama lain, berbagi tawa dan berbagi duka.
Akan tetapi dari banyak hal teka-teki yang sulit terpecahkan. Ada dua hal yang tak ingin kucoba untuk dipecahkan, yaitu tentang kita. Ya, tentang kemana kita nanti? Apakah kita nanti akan tetap saling mengenal?
Aku rasa kedua teka-teki tersebut, juga menjadi pertanyaan yang sulit untuk kita pertanyakan satu sama lain. Baiklah daripada kita terlalu sibuk untuk memikirkan tentang kedua hal tadi. Antara dicoba untuk dipecahkan atau tidak. Lebih baik kita sedikit flash back mengenai keluarga kecil kita ini.
Pertama, kurang lebih tiga tahun yang lalu. Kita memasuki gerbang awal menjadi seorang Mahasiswa. Dengan padatnya agenda kegiatan OSHIKA MABA (Orientasi Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru). Para senior kita, yang menjadi pendamping untuk memberikan arahan agar tugas-tugas OSHIKA MABA dapat kita kerjakan, sembari itu para senior perlahan-lahan memberikan doktrinan untuk masuk dalam sebuah organisasi dan menjadi Mahasiswa sejati, katanya.
Ada juga yang merasa tertipu akibat para kelakuan senior yang terlalu berapi-api, agar kita mengikuti jejak langkahnya untuk aktif dalam sebuah organisasi. Akan tetapi hal tersebut kini membuat kita tertawa bila mengingatnya. Dan juga tak sedikit yang mempraktekkan strategi tersebut, untuk proses perekrutan anggota baru.
Kedua, kita masuk dalam sebuah organisasi yang terasa asing bagi kita. Dengan berbagai nyanyian, perbincangan mengenai perlawanan hingga pada sebuah hal tentang kehidupan. Hal pertama yang kita pikirkan mungkin menganggap orang yang berperilaku tersebut aneh, ada juga yang kagum dan terheran-heran, lalu ingin menjadi seperti orang tersebut. Melalui caranya yang meniru para senior atau mengambil jalan ninjanya sendiri.
Ketiga, kita mendapatkan amanah untuk membawa organisasi yang kita tempati ke arah pembaruan. Taktik dan gagasan menjadi hal yang penting saat itu. Proses yang masih sebentar dan belum tuntas pula, dirasa masih belum pantas mengemban amanah untuk menahkodai organisasi. Mau tidak mau amanah itu harus kita pegang dan dijalankan.
Seperti yang kita ketahui, ternyata mengemban amanah yang sangat besar itu, tak semudah membalikkan kedua tangan atau tak semudah berbicara ngalur-ngidul. Butuh kesadaran, kesabaran dan keikhlasan yang sangat besar.
Namanya sebuah perjalanan, pasti ada saja bebatuan, lubang, genangan air dan banyak sekali rintangan yang perlu dihadapi. Dari awal kita berkomitmen untuk saling bergandengan tangan, saling menjaga satu sama lain, saling peduli dan saling menunjukkan sikap respek.
Lambat laun, perjalanan hampir selesai. Percekcokan muncul menjadi sebuah masalah, melupakan janji yang telah dibuat dan disepakati sendari awal. Ego yang tinggi, tak ingin mengalah dan merasa paling benar. Bagaimana pun hal itu perlu diselesaikan. Dengan waktu yang lumayan cukup lama, ternyata kita mampu melewati itu semua. Meskipun dengan tenaga, waktu bahkan finansial. Lalu, hilang penat dan hilang ketakutan-ketakutan yang menghantui pikiran yang tak pernah terjadi. Sedangkan apa yang tak pernah terfikirkan menjadi rintangan yang menghadang perjalanan kita.
Hari ini, perjalanan baru bagi keluarga kecil telah bersambung. Dilanjutkan dengan keluarga dan semangat baru. Bukan berarti perjalanan kita dalam keluarga kecil itu, telah usai! Melainkan ada perjalanan baru yang harus kita lewati bersama atau sendiri-sendiri.
Sebelum perjalanan yang baru kita mulai. Mari kita ingat beberapa kenangan yang penuh dengan suka dan duka. Untuk menjadi pengingat bagi kita masing-masing, jika kelak tak lagi bersama. Bahwa ada kisah yang heroik di sebuah keluarga kecil yang tak terduga atau mungkin telah direncanakan oleh Sang Pencipta Kisah.
Tentang sebuah kepercayaan, komitmen, loyalitas dan rasa kekeluargaan yang tak pernah kita dapatkan sebelumnya atau setelah ini. Perjalanan panjang yang mengisahkan begitu banyak goresan tinta berwarna-warni.
Selamat berpetualang sahabat-sahabatiku dan jangan lupa pada kisah perjalanan yang telah kita lalui bersama-sama.
Kita adalah keluarga yang bersahabat
Salam kasih dan sayang
Salam keluarga Rayon Al-Farabi….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H