Lihat ke Halaman Asli

Syasya_mama

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Ngintip Proses Pembuatan Garam di Jeollanam-do Korea

Diperbarui: 12 Oktober 2019   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

petani garam di Jeollanamdo, dokpri

Jika Madura adalah penghasil garam terbesar di Indonesia, maka Jeollanam-do merupakan provinsi penghasil garam terbesar di Korea, dengan kualitas garam yang paling bagus. Alamnya yang masih asri dan bersih bebas dari polusi udara karena Jeollanam-do merupakan daerah berpulau pulau kecil yang jauh dari kota.

Pembuat garam di provinsi Jeollanam tepatnya di Jeonnam Sin Angun memiliki lahan seluas lebih dari 1.4 juta meter kubik. Dilahan inilah lebih dari 50 % penduduk Jeollanam yang berjumlah 1800 orang menjadi petani garam.

Awalnya ditahun 1963 masyarakat beranggapan bahwa garam yang dihasil kan di Sin Angun ini memiliki kualitas yang rendah karena berbagai kandungan mineral di dalam lumpur tidak cocok dimakan.

Namun setelah melalui penelitian lebih lanjut kandungan mineal di dalam lumpur didaerah Sin Angun adalah yang paling bagus di Korea.

Saat musim dingin petani garam tidak melakukan aktifitasnya. Petani garam mulai melakukan pekerjaannya sekitar bulan april hingga September beda dengan di kota lain yang melakukan pekerjaannya sekitar bulan maret hingga oktober.

Daerah Sin Angun memilih bulan april hingga September karena dibulan itulah paling bagus hasilnya. Dan garam dibulan juni merupakan garam kualitas tinggi. Hadohhh.. kalau kita mah tinggal pakai aja ya? Yang penting mengandung yodium udah cukup. 

Suhu yang paling tepat bertani garam adalah sekitar 28 hingga 29 derajat Celsius saat angin barat yang datang sepoy-sepoy ikut membawakan serbuk sari dari pohon sonamu yang tumbuh banyak didaerah Sin Angun.  

Konon serbuk pohon sunamo yang ikut mengendap dan nempel di garam mengakibatkan garam yang dihasilkan semakin bagus. Dari dahulu di Korea tepatnya di Jeonnam Sin Angun bagian barat tepi pantai ada beberapa lahan yang digunakan.

lahan berlumpur dipadatkan mengunakan kyonggi, Dokpri

Lahan pertama yang digunakan adalah alasnya mengunakan plastik hitam. Cara ini memang membuat air laut yang ditampung lebih mudah menguap dan lebih cepat menjadi garam namun sayangnya karena menggunakan plastik maka ditakutkan ada racun yang ikut terurai. Jadilah alas lahanya harus sering diganti.

Cara kedua, lahannya mengunakan alas onggi sejenis keramik yang bahan bakunya terbuat dari lempung dan tanah. Sayangnya onggi sangatlah mahal ditambah lagi garam yang dihasilkan tidak terlalu menjadi kristal dan warnanya seperti kaca. Pemakaian onggi tidak lagi dilakukan.

Cara ketiga, adalah mengunakan lahan tanah lumpur alami seperti jaman dahulu. Caranya adalah tanah diratakan hingga berlapis lapis dan mengakibatkan tanah lumpur ditepi pantai tersebut menjadi padat dan kuat. Alat yang digunakan untuk memadatkan lahan berlumpur adalah Kyonggi, sejenis traktor silinder.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline