Lihat ke Halaman Asli

Syasya_mama

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Beda Kepala Beda Isi, Jangan Ambil Hati

Diperbarui: 24 Februari 2019   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Hari ini ada pelajaran yang saya dapat yang membuat saya tersadar bahwa segala sesuatu jangan sampai diambil hati. Karena akibatnya bisa saja hati jadi sakit dan kalau sudah sakit mau ngapa ngapain juga gak enak. Makan gak doyan tidur juga ogah wkwk kaya nunggu pacar aja ya?  Terlebih lagi jika hati yang sakit jadi dendam kusumat dan sampai mendarah daging wihhhhh serem kan ya. 

Tulisan ini terlahir karena gejolah hati saya tentang hajatan besar bangsa Indonesia yang sangat saya cintai dan sayangi. Jangan sampai karena perbedaan hati menjadi sakit biarlah pesta demokrasi kita berjalan dengan baik.  

Ceritanya tuh  saya sempat kasih komen dilapak orang dan komen saya dianggap lain, Jelas saya yang baca balasan komenya jadi mengerenyitkan dahi dalam hati berkata "Masyaa allah, kok tanggapannya begitu ya?" Saya yang lagi senewen atau dia ya?

Sesaat kemudian hati saya bergemuruh dengan dipenuhi esmosi yang mengebu gebu mau membalas komennya. Kebetulah hari ini lagi santai menikmati secangkir kopi dengan ditemani roti dari toko sebelah.  Saya ingin menjabarkan lebar kali panjang kali tinggi bahwa yang saya maksud bukan begitu. Saat tangan saya menyentuk tuts tuts yang ada dihadapan saya, otak waras saya mulai berkerja.

 "What buat apa saya melakukan klarifikasi toh isi otak kita berbeda. Dengan jelas kata-kata saya yang haluspun dimaknai berbeda bagaimana kalau kata-kata saya pakai sedikit esmosi, bisa berabe jadinya hehe. Seketika saya mengurungkan niat buat apalagi saya jabarkan, toh malah urusannya bisa berbuntut panjang. Jadi lebih baik ngadem aja......Nanti kalau saya  bilang A belum tentu dia berpendapat A juga bisa jadi malah dimaknai Z. Menyimpangkan jadinya? Tuh didunia maya bertemupun belum tentu.

Sesaat saya merenung "Beda kepala Beda Isi, Jangan Ambil Hati" jika saya balik keadaanya. Mungkin saja sayapun akan berprepsepsi yang berbeda. Di situlah indahnya perbedaan. Sebisa mungkin kita harus mampu mengolah hati. Jangan sampai karena berbeda pilihan sampai sakit hati dan gak mau kenal lagi. Ingat bahwa kita itu sama-sama warga negara Indonesia yang mau negara kita lebih baik lagi, agar generasi penerus yang akan datang mampu menikmati jerih payah membangun negri walaupun hanya berpartisipasi dalam pemilu saja.

Saya jadi ingat, dalam berkendaraan pun masing-masing dari kita punya pandangan yang berbeda. Contohnya saat saya naik roda empat saya lihat tuh yang pakai roda dua ngaco banget, kaya yang punya jalanan sendiri aja.  Belok sana belok sini, bener-benar punya nyawa cadangan deh tuh orang. Keadaan berbeda ketika saya naik roda dua tuh yang bawa mobil ngaco banget sih jalan gak pakai mikir udah badanya gede maunya ditengah aja. Hikssss semua salah kan?

Bagaimana jadinya jika saya tak naik keduanya? Kebetulan 2 minggu yang lalu kami sempat berada di ketinggian lantai 24 disebuah hotel yang menawarkan view  yang cukup indah. Dengan gedung-gedung bertingkat didepannya dan nun jauh disana monumen nasional berada. Saya lihat jalanan yang lenggang dan arus sebaliknya jalanan  super macet. Di jalanan yang super macet itulah saya memperhatikan prilaku para pengendara. Ada yang benar-benar super berani menerjang kerumunan roda empat diantara kontener-kontener. Dengan zigzagnya yang super canggih bikin saya sport jantung. Padahal bukan saya yang naik lho ya? tapi bener ngeri ngeri sedap lihat jalanan dari ketinggai. 

"Waduh awas .... awas .... awas.... minggir minggir.... aaaaaaa (setengah teriah) maa syaa allah ( bernafas lega). " 

"Apaan sih mam" sikecil dan si sulung yang tadinya asik baca buku diatas tempat tidur hotel menghampiri saya dipinggir jendela yang sedang memperhatikan jalanan di Jakarta yang sedang macet.  

"Itu tuh lihat motor dibawah itu yang berani banget dijalanan. Subhanallah tuh motor gak ngeri apa dipepet para kontener depan belakang samping kanan kiri, masih juga zigzag kesana kemari. Tuh tuh tuh lihat de?"  Aaaaaaaa minggir minggir maa syaa allah. Aaaaaaaa " ( setengah teriak).  Beberapa detik kemudian "Alhamdulillah gak kenapa napa tuh motor." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline