Pertandingan semifinal antara Indonesia vs Uzbekistan sudah berlangsung beberapa hari yang lalu. Ya, moment yang digadang-gadang sebagai sejarah persepakbolaan Indonesia karena berhasil menempatkan Timnas Garuda ke posisi semifinal. Bangga, haru, harap, do'a semua tak terbendung sebelum laga dimulai. Ya, ekspektasi, apresiasi, dan semangat 'menyala abangku' sangat kentara diluapkan oleh segenap masyarakat Indonesia, baik yang hobi bola maupun yang tidak. Intinya, kita bangga.
Pertandingan pun dimulai. Tanggal 29 April 2024, Indonesia melawan Uzbekistan. Dengan segala pro dan kontra di lapangan, pada akhirnya angka 2-0 membuat kita menjadi sedikit 'shock' dan menelan pil pahit gagal ke final. But, show must go on. Masih ada 1 babak lagi untuk mengejar juara 3 . Semoga kali ini kita benar-benar bisa membalaskan dendam kita di lapangan hijau. Aamiin.
Terlepas dari fakta skor akhir 2-0, moment gol bunuh diri Arhan nampaknya tidak bisa dilupakan begitu saja. Untuk orang yang 'awam bola' seperti saya, rasanya 'gereget', namun apalah daya. Kejadian itu sudah terjadi dan takdir sudah berkata lain. Unsur ketidaksengajaan dan apapun di balik itu, tetap saja, tidak bisa menggantikan rasa yang berkecamuk. Rasa yang sulit untuk di defenisikan bagi seseorang yang berekspektasi tinggi kepada pertandingan kemarin.
Gol bunuh diri memang bukan gol yang dinantikan pihak kita. Bahkan semoga di pertandingan ke depan tidak ada lagi gol tersebut. Alih-alih menggerutu, akhirnya saya membulatkan kesimpulan mungkin ini sudah takdirNya. Tapiiiii, tetap saja saya masih belum 'ikhlas', walau di tulisan saya harus menulis ikhlas.
Kembali lagi, aksi gol bunuh diri ini mengundang ragam reaksi netizen. Bahkan sebelum berganti hari, beberapa pihak meminta maaf atas terjadinya gol ini. Tentu rakyat Indonesia yang sangat baik hati akan memaklumi. Namun, tidak menutup kemungkinan 'kran kritik pedas' akan mengalir pasca insiden ini terjadi.
Sejarah timnas masuk dalam semifinal memang akan tetap tertulis. Begitupun insiden gol bunuh diri ini juga akan tertulis manis. Tidak apa-apa, kita akan coba kembali dan semoga ini bisa menjadi penyemangat untuk timnas yang sudah berjuang. Kepada STY, terima kasih sangat sudah menjadi pelatih timnas.
Kepada Squad Garuda, maju terus, kepada diri saya, jangan sedih, masih ada hari esok, masih ada rumput di lapangan hijau. Masih ada sejuta pikiran positif agar ke depan, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ambil 1 lagi pikiran positif dan simpan 999 pikiran positif lainnya.
Thank you!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H