Qiya's Side
Qiya's Side
Salasa, pertengahan Bulan Sya'ban 1439 Hijriyah
Menjelang Ramadhan..
Teruntuk sebuah nama,
Aku tidak pernah tahu, seperti apa cara kita bertemu.
Teruntuk sebuah nama,
biarkan aku memanggilmu dalam doa
di pekatnya malam
saat malaikat turun dan membawa kepingan doaku
melintasi Arash Nya
Beberapa menit yang lalu, ibuku menelpon. Jujur, aku sangat kangen dengan Ibuku. Kangen dengan logat suaranya juga cerita tentang rumah. Ibu, bahkan tanpa aku memberi tahu bahwa ada rindu, nalurimu membuat kau menghubungiku. Aku sangat kangen. Dan..rindu itu membuat Ibu menelpon. Itulah hebatnya naluri seorang Ibu.
Malam ini, ada pembahasan yang lumayan serius. Mungkin juga, karena Ibu ingin aku 'mengalah' dan tidak bertahan di Jakarta dengan kesendirian.
Untuk malam ini, Ibu ku memberikan doa dan pesan yang sulit untuk aku amini. Seolah, aku harus menyerah dengan apa yang sudah aku bangun di sini, di Jakarta. Seolah, itu adalah panggilan pulang dan jujur, aku sedih. Aku tidak ingin kehilangan temen-temanku di sini. Aku tidak ingin kehilangan keceriaan yang aku rasakan di sini, juga tidak ingin kehilangan moment ukhuwah Islamiyah.