Lihat ke Halaman Asli

Lapangan Bola

Diperbarui: 26 September 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi hari sekitar pukul 06.30 beberapa saat sebelum masuk sekolah adalah waktu favorit saya,karena waktu itu biasanya saya sedang sarapan nasi uduk plus tempe goreng di lapangan bola dekat sekolah saya. SDN Bergen, Tanjung Bintang Lampung. Suasana pagi begitu kental teringat hingga saat ini. Rumput di lapangan bola itu masih basah karena embun dan dingin pagi yang sangat menyegarkan. Pada saat yang sama, para karyawan perkebunan karet terlihat sedang sibuk menyadap getah dari batang-batang karet di sekitar sekolah kami.

Saat istirahat sekolah, disitulah tempat kami bercengkrama. Tak jarang juga terjadi keributan antara teman, sementara teman-teman yang lain main kasti atau kelereng, teman wanita berkelompok-kelompok main karet. Lapangan itu kembali kami kunjungi sore harinya. Saya teringat hampir setiap sore beberapa kelompok orang datang kesitu dengan tujuan sama. Main bola! Kelompok kami, yang masih SD biasanya kebagian tempat di sisi sebelah kanan lapangan, lebih dekat dengan jalan raya. Lapangan bolapun dibagi menjadi empat bagian, supaya semua kelompok bisa main bola.


Banyak sekali kegiatan yang bisa dilakukan di lapangan bola itu. Pernah suatu kali kecamatan kami mengadakan perkemahan pramuka, juga dilakukan di lapangan bola itu. Upacara 17 agustusan, lomba panjat pinang, tarik tambang juga disitu. Pentas drama, juga disitu. Bahkan ketika saya dan teman-teman dihukum guru ngaji karena ketahuan merokok saat pesta sunatan teman kami, juga di lapangan bola itu. Lapangan itu begitu berjasa buat saya, selain kenangan masa kecil, saya juga bisa mengendarai motor karena belajar disitu dan itu sangat berguna hingga saat ini.


Belakangan, saya baru tahu lapangan bola yang saya ceritakan itulah yang sekarang banyak diistilahkan public space oleh orang-orang. Public Space yang selalu diberi emot icon ":(" di ujung kalimatnya.
Barangkali orang-orang sudah mulai khawatir tidak bisa memberi pengalaman bagaimana sensasi embun pagi hari, bagaimana cara main karet, apa itu kelereng, apa itu kasti, atau bahkan bagaimana serunya bermain bersama teman sebaya diluar jam sekolah kepada anak-anak mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline