Lihat ke Halaman Asli

Laisa

Penggagas pencerahan

Ketika Anak Berkata "Ahh"

Diperbarui: 14 Mei 2023   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pexels.com

Anak terlahir seperti kertas putih, yang mencorat-coretnya adalah lingkungannya. Begitulah kata John Lock seorang pakar Psikologi. Artinya adalah anak ketika lahir belum memiliki kemampuan apa-apa dan yang mengajarinya adalah orang-orang yang ada di sekeliingnya. Itulah makanya sering dikatakan anak seperti "buah tak jatuh jauh dari pohonnya". Bagaimana orang tuanya begitulah anaknya.

Anak disebutkan juga sebagai insan yang suka meniru. Apapun yang dilihatnya dia akan menirunya karena ia adalah peniru yang ulung. Kita orang tua sebagai orang terdekatnya sang anak sebaiknya dapat memberikan contoh yang baik pada anak-anak kita. 

Sebab segala perbuatan akan kembali kepada yang membuat. Makanya segala tindak tanduk kita hendaklah diperhatikan dengan baik. Apalagi ketika berada di depan si buah hati. Sebaiknya pembicaraan orang dewasa jangan melibatkan anak. Bicaralah di tempat yang tidak ada anak atau jauh dari anak. Karena anak apalagi yang masih kecil tidak paham apa yang dibicarakan oleh orang dewasa. Ia akan mengikuti apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat.

Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita tinggal, tak jarang kita dengar anak mengatakan kata"ah". Ini tak lepas dari peran orang tua yang membesarkannya. Bisa saja kata ini sering disebutkan oleh orang tuanya sendiri atau saudaranya dan bisa juga orang-orang di sekitarnya.

Pengajaran tentang agama perlu diterapkan dalam memberikan didikan kepada anak. Sebab dari sinilah kita bisa berpedoman dengan sebenar-benarnya, Dalam Islam sendiri kita tidak diperbolehkan untuk berkata "ah" kepada orang tua. Sebab kata-kata itu merupakan bentuk perlawanan terhadap orang tua. Islam melarang kita untuk melawan kepada orang tua, makanya pantang bagi kita berkata "ah" kepadanya.

Sebagai orang tua. pernahkah kamu mendapati kata-kata "ah" dari anakmu? Bagaimana perasaanmu? Tentunya tidak ada orang tua yang ingin mendapatkan perlawanan dari sang anak. Karena itu akan lebih menyakitkan dari pada sekedar menahan rasa lapar. Semua kita kembalikan kepada diri kita lagi, apakah sudah benar-benar mendidik dan mengawasi anak dengan baik atau hanya membiarkan ia tumbuh kembang sesuai dengan kemauannya saja.

Ingatlah lagi bahwa anak terlahir seperti kertas putih, kitalah yang mewarnainya. Sebenarnya hal seperti ini bisa diperbaiki dengan pendekatan yang bijak kepada anak. Lakukan feedback kembali kemudian buat perencanaan yang matang. Buatlah anak senyaman mungkin sehingga dia dapat mendengarkan apa yang kita katakan. Tuntunlah ia dengan ajaran agama agar tidak menyimpang di kemudian hari. 

Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa apa yang dilakukan akan kembali kepada yang membuat. Orang tua sebagai contoh terdekat bagi anak. Apa yang kita lakukan menjadi tiruan bagi anak. Sudah seharusnya kita  berbuat yang baik dan mengikuti ajaran agama agar dapat menjadi contoh tauladan buat anak.

Semoga kita dapat melakukan yang terbaik demi buah hati tercinta. Aamiiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline