Avatar-Mediated Communication: Menghubungkan Pengguna di Dunia Digital
Dalam era digital yang semakin maju, konsep komunikasi yang dimediasi avatar (Avatar-Mediated Communication/AMC) telah menjadi salah satu pilar penting dalam ekosistem online, terutama di dunia game dan platform virtual seperti metaverse. AMC berbeda dari komunikasi yang dimediasi komputer (CMC) konvensional karena melibatkan elemen visual dan interaktif, di mana avatar berfungsi sebagai representasi diri seseorang di dunia digital.
Artikel yang ditulis oleh Ching-I Teng, Alan R. Dennis, dan Alexander S. Dennis dalam Journal of Management Information Systems volume 40, isu 4, tahun 2023, menyoroti pentingnya identifikasi avatar dalam membangun identitas sosial dan loyalitas pengguna dalam komunitas virtual.
Penelitian ini melibatkan 778 partisipan yang dianalisis dalam tiga gelombang pengumpulan data. Studi ini menemukan bahwa faktor-faktor seperti user-avatar identification dan avatar-avatar identification memainkan peran kunci dalam memperkuat hubungan sosial antara pengguna dan komunitas digitalnya. Identifikasi ini pada akhirnya meningkatkan loyalitas pengguna terhadap platform atau komunitas tersebut.
Temuan ini tidak hanya signifikan secara teoritis, tetapi juga memiliki dampak praktis yang luas, terutama bagi pengembang game dan platform metaverse. Melalui pendekatan ini, pengembang dapat merancang pengalaman pengguna yang lebih mendalam dan personal, yang dapat meningkatkan retensi dan kepuasan pengguna secara keseluruhan.
AMC bukan hanya tren sesaat, tetapi merupakan refleksi dari bagaimana dunia virtual semakin menjadi ruang sosial yang signifikan. Ketika individu mulai melihat avatar sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri, hal ini mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi dan dengan orang lain di dunia maya.
Salah satu temuan utama dalam penelitian yang dilakukan oleh Teng, Dennis, dan Dennis (2023) adalah bahwa 78% dari partisipan menunjukkan peningkatan dalam rasa keterhubungan sosial setelah berinteraksi melalui avatar dalam dunia virtual. Ini menjadi bukti kuat bahwa user-avatar identification tidak hanya bersifat estetis, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas pengguna di dunia digital.
Secara teoritis, hal ini berakar pada konsep self-concept theory, di mana identifikasi diri tidak hanya terbatas pada entitas fisik tetapi juga dapat diperluas ke representasi virtual. Di sinilah avatar berfungsi sebagai ekstensi diri seseorang, memungkinkan pengguna untuk "mengalami" kehidupan sosial dalam cara yang tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
Lebih lanjut, konsep avatar-avatar identification yang diperkenalkan dalam penelitian ini memberikan dimensi baru dalam studi interaksi sosial di dunia virtual. 67% partisipan menyatakan bahwa mereka merasa lebih terhubung dengan orang lain di komunitas online ketika berinteraksi melalui avatar, dibandingkan dengan interaksi melalui teks atau suara saja.
Fakta ini menyoroti bagaimana avatar berfungsi sebagai media visual yang memperkuat ikatan sosial dan meningkatkan perasaan kebersamaan dalam dunia virtual. Ini beresonansi dengan penelitian sebelumnya tentang social presence theory, yang menyatakan bahwa semakin kuat perasaan "kehadiran" orang lain, semakin tinggi tingkat keterlibatan sosial seseorang dalam komunikasi online.
Selain itu, dampak praktis dari penelitian ini sangat relevan di dunia game dan metaverse. Pengembang game dapat menggunakan wawasan ini untuk menciptakan avatar yang lebih personal dan relevan dengan identitas pengguna. Dengan memperkuat user-avatar identification, pengembang dapat mendorong retensi pengguna yang lebih tinggi, karena pengguna yang merasa terhubung secara emosional dengan avatar mereka cenderung lebih loyal terhadap platform yang mereka gunakan. Studi dari Newzoo (2022) menyebutkan bahwa industri game global diperkirakan akan mencapai nilai $203 miliar pada tahun 2023, dan inovasi dalam desain avatar dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan ini.