Awalnya sih nggak nyangka, lama -- lama kok terbiasa ?
Awal mula terheran -- heran "kok bisa ya ?, apa nggak kena hukuman tuh?", saya heran sekali mendengar cerita yang disambi penjelasan orang tua saya ketika baru membeli "mokas".
Sedikit cerita ketika saya beli motor "mokas" berlokasi di daerah dekat rumah saya, ketika telah dill salah satu motor sesuai dengan kesepakatan bersama, pemilik dealer berkata akan mengantar sepedah yang telah dibeli kerumah saya, orang tua saya dan saya pun meng-iya kan pernyataan pemilik dealer tersebut. Beberapa jam pun berlalu, orang tua dan saya pun sudah sangat tidak sabar menungu datangnya sepedah tersebut. Hingga sekian lama menunggu, datanglah kariawan dealer tadi dengan membawa sepedahnya, "Alhamdulillah" pernyataan serentak seisi rumah.
Setelah kariawan dealer itu pun pulang orang tua saya pun menjelaskan sedikit kepada saya tentang perpajakan sambil sedikit -- sedikit melirik sepedah yang baru datang. "Wah, ban orisnilnya diganti sama dealernya ini" sambil menghampiri sepedah dengan melanjutkan pernyataanya, "Tapi yang begini ini sudah biasa, permainan dealer".
Saya yang mendengar pernyataan itu pun agak sedikit kaget dan terheran -- heran di dalam hati sendiri, bergumam " kok bisa ya, dianggap sudah menjadi suatu hal yang lumrah, padahal bila dilogika itu adalah sebuah penipuan", tapi apalah daya saya pun hanya terdiam, karena tidak tahu akan berbuat apa bila sudah menjadi kebiasaan dan menjadi hal yang lumrah.
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Prososial
Pentingnya memiliki kecerdasan emosional dalam setiap individu akan berpengaruh pada perilaku yang akan diperbuatnya. Sedikit cerita diatas membuktikan bahwa semakin kesini perkembangan perilaku sosial semakin memburuk, hingga suatu hal yang diangap kurang benar pun malah menjadi sebuah hal yang lumrah -- lumrah saja. Tinggi rendahnya kemampan kecerdasan yang dimiliki setiap individu menjadi faktor dan alasan pertama yang menjadikan perilaku sosial akan dilakukan. Semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional seseorang maka akan semakin baik pula perilaku sosialnya, dan begitu pula sebaliknya, semakin rendahnya kecerdasan sosial yang dimiliki seseorang maka semakin kurang baik pula perilaku prososial yang akan ia perbuat.
Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku sosial sangat signifikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian tentang bagaimana kaitan kecerdasan emosional dengan perilaku prososial yang dilakukan pada remaja SMA Kristen Satya Wacana, bahwasanya rendahnya perilaku sosial yang banyak dialami remaja SMA disebabkan karena rendahnya kecerdasan emosionalnya. Penelitian yang dilakukan juga didasari dengan teori psikososial Erik Erikson, dan peneliti menyatakan bahwa remaja SMA Kristen Satya Wacana dalam tahapan cenderung masih rendah yakni tahapan identitas dan kekacauan diri. Pada tahapan -- tahapan dalam teori Erik Erikson yang dilalui setiap individu akan mempengaruhi dan berperan sebagai penentu bagi perkembangan emosi di masa dewasa nantinya.
Lalu, apa itu kecerdasan emosional ?
Pernyataan sebelumnya menyatakan bahwasanya tingkat kecerdasan emosional dalam diri seseorang yang tinggi, maka akan semakin baik pula perilaku prososial yang akan dilakukannya. Nah, apa itu kecerdasan emosional ?
Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwasanya menurut Daniel.G (2002) dalam bukunya yang berjudul Kecerdasan Emosional mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain.