Lihat ke Halaman Asli

Hope

Diperbarui: 7 Juli 2022   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan hati yang gerimis. Hal ini saya tuliskan. Karena memang pada dasarnya saya hanya seorang perempuan yang penakut, takut salah untuk hal apapun :

Hari itu, kira-kira 13 tahun lalu adalah salah satu hari penting dalam kehidupan saya. Bukan hari itu yang buat hati saya basah. Tapi, di hari itu datang ke rumah kami sepasang suami istri yang adalah siswi saya. "Maaf bu, kami terlambat dengan sengaja, sengaja agar bisa bincang-bincang dengan Ibu. Ya, sudah sangat lama ketika Ibu mengajar kami di kelas. Namun, kata-kata itu masih saja terdengar jelas dalam ingatan saya, seperti baru kemarin saja. Dan, terimakasih atas perkataan itu." Kurang lebih seperti itulah yang di sampaikan nya setelah sejenak menyandarkan punggung dan menyecap minuman yang saya suguhkan.

Lupa, dan saya malu telah melupakan kata-kata yang dimaksudnya.

Betapa dosanya menjadi seorang yang pandai berkata-kata seperti, yang mungkin adalah saya salah satunya. Karena setelah berkata melupakannya begitu saja, sedang lawan bicara memeluknya bagai barang berharga.

Terlalu takut sebenarnya untuk menasehati siapapun, karena diri yang belum baik sama sekali ini. Karena tentu saya tahu, Al-Munafiqun ancamannya bagi orang - orang yang hanya bicara tanpa bukti nyata.

Namun, bukankah ini sudah tugas kami, sebagai seorang guru. Apa maksudnya, bicara dan melakukan, adalah hal yang berbeda ? Bukan juga. Tapi, nasehat itu bukan berlaku hanya bagi yang di nasehati namun berlaku yang paling utama adalah untuk diri sendiri.

Bicara tentang tugas guru, tentu bukan hanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan, tapi juga untuk memotivasi mereka agar senang dan siap belajar dengan niat yang berasal dari hati nurani. Karena dorongan dari dalam itulah obat yang paling mujarab bagi kebelum bisaan sehingga menjadi bisa bahkan berprestasi dan ahli. Apabila mereka berhasil termotivasi, tanpa banyak ceramah lagi, siswa akan mencari sendiri materi yang dibutuhkan. Dan, era modern saat ini sangat mendukung hal itu. Selain memotivasi, juga tugas guru adalah memenuhi 'hope' dalam diri siswa. 'Hope' sangat perlu bagi siapapun apalagi anak didik kita. 'Hope' sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri dan semangat mereka. Bayangkan jika mereka datang ke madrasah/sekolah tanpa 'hope' untuk berhasil, sukses kedepannya. Apakah mereka bisa belajar. Atau malah  mereka meninggalkan kelas-kelas mereka. Bayangkan jika mereka berkecil hati hanya karena hasil ulangan mereka yang rendah, tidak diterima di madrasah/sekolah impian mereka atau karena hal lainnya. Bisakah belajar dalam keadaan insecure ? 

Dan, mengemas 'motivasi' dan 'hope' pada segenggam nasehat itu tidaklah mudah, setidaknya tak semua dapat melakukannya. Namun dengan Bismillah, saya mencoba menyingkirkan ketakutan dalam diri saya, agar bisa memenuhi hak/kebutuhan mereka akan keduanya. Me 'motivasi' agar berhasil, dan memberikan 'hope' bagi yang merasa belum. Demi terbentuknya karakter baik pada diri mereka. Demi kecintaan mereka terhadap belajar. Demi kesuksesan mereka. Demi pendidikan yang bermakna.

Rabu, 7 Juli 2022 / 7 Dzulhijjah 1443 H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline