Lihat ke Halaman Asli

Role Model: Chef

Diperbarui: 13 Maret 2022   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Role Model: Chef (Lailiyati)

Semakin ke 'sini' tentu saja saya semakin tahu, bahwa profesi 'ini' bukan hal biasa. Bahkan ibarat jalan 'kehidupan', begitu menantang, penuh liku, perlu bekal yang memadai, kelihaian dalam 'menyetir', kesabaran, ketangkasan, kekuatan. Ahh...sangatlah kompleks.

Setiap saya mendapati siswa atau siswi saya yang saya rasa memenuhi syarat-syarat itu saya mendekatinya, mempengaruhi pikirannya, entahlah dikata apa itu lebih pantasnya. Saya berkata :
"Cita-citamu apa sih!"
Macam-macam jawaban mereka.
Lalu. Saya coba pengaruhi mereka.
"Jadi guru, kamu cocok lho."
Jawaban mereka beraneka ragam pula, namun kebanyakan mereka menyambut seruan saya, ciee. MISAL :
"Masa sih bu, tapi saya bukan mau jadi guru Matematika ya...." atau ;
"Baik, bu. Saya juga ingin bisa jadi guru Matematika." Atau ;
"Saya memang ingin jadi guru, tapi maaf saya ingin jadi guru Kimia."
....
Begitulah rangkuman saya terhadap jawaban mereka.
Dan, pada umumnya saya pun menjawabnya,
"Kalian, silahkan menjadi guru apa saja, terserah minat kalian. Pokoknya guru. Saya mendukung kalian. Semoga kalian bisa menjadi guru, menjadi guru yang guru."

So, yang saya maksud profesi yang penuh syarat kompleks itu 'Guru' ya, bukan yang lain.

Namun, suatu hari saya mendapati jawaban yang mengejutkan.

Saat itu, saya di tahun ke-4 mengabdi di Madrasah kami, jadi kira-kira kejadiannya tahun 2008 an.

Sudah menjadi target saya selama minggu-minggu terakhir itu. Setelah puas menimbang, menganalisa dan menemukan jawaban yang valid dari analisa saya. Siang itu saya mendekati target.

Seorang siswi, tentu saja, menurut pengamatan saya menyoal bibit, bobot, eh...bukan sih, kalau asal-usulnya, swer saya tak tahu menahu. Emang mau kawin, harus tahu bibit, bebet, bobotnya.

Seorang siswi saya ini, mumpuni dalam pelajaran yang saya ampu. Menurut pengamatan saya, seorang yang lihai dalam pelajaran Matematika, maka ia lumayan juga untuk pelajaran yang lainnya. Eh, masa sihh?? Gak setuju SKIP aja ....

Itu tadi menyoal tentang IQ, baik sudah terjawab menyoal IQ tersebut. Lalu EQ??, akhlaq, akhluq nya keren banget. Pergaulannya dengan teman sekelas, wow, sepengetahuan saya gak ada cacatnya. Wajahnya?? Siswi saya ini anak yang tinggi semampai, wajah manis cerah ceriah. Pokoknya target saya kali ini, masyaAllah 'perfect', insyaAllah.

Saya sudah mendekati target saat itu, sedikit berbasa-basi apa dia sudah menyelesaikan tugas yang saya berikan, melihat-lihatnya, dan 'manthuk-manthuk' karena seperti biasa, tulisannya rapi dan logikanya 'good looking'.
Saya mendekatinya, dengan lagak 'sok ceria' mengimbangi keceriaan dirinya [ padahal aslinya suntuk, memikirkan jalan hidup yang kelokannya aduhai.] dan tak lupa melancarkan rayuan, ehh harapan saya.
Saya : "Kamu punya cita-cita apa sih?"
Siswi : "Chef, bu"
Dengan ringan dia berkata, sebaliknya, itu terasa berat oleh saya. Untuk saya perkataannya meruntuhkan harapan saya. Namun saya masih belum 'mati',  semangat masih 'tumpah ruah'. Belanda masih jauh guys.
Saya : " Kamu Matematikanya bagus lho, eman lah kalau itu tidak dimanfaatkan."
Siswi :  "Maaf bu, tapi saya ingin jadi Chef, bukan yang lain."
Saya : "Emang, kenapa sih ko gitu."
Siswi : " Jadi Chef ituu, keren gitu lho bu."
Saya : (WOW) dalam hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline