Lihat ke Halaman Asli

Bullying

Diperbarui: 13 Maret 2022   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Jangan Juniper. Julid, nyinyir dan baper." Itu kata bang sandiaga. "Masalah adalah anugerah, maka nikmatilah selagi ada." itu kata saya....

"Ehh...apa hubungannya ? numpang keurenkah, begituu?"

"Begitu tu tu...begini ni ni...."

"Gak ada, cuma abis sosialisasi tentang bulliying nih, jadi ya dihubung-hubungkan aja."

"Emmhh, emang bisa siih."

Bulliying tak ubahnya seperti penyakit ain, tanpa pergi ke dukun pun efeknya bisa mematikan. Menyoal kematian, belum lama kita dengar tentang kematian seorang artis cantik korea yang meninggal dunia, issu yang beredar adalah akibat bulliying. Nah, kaan!!

Disampaikan bahwa bulliying dilakukan oleh yang punya power social yang lebih besar to the smaller than that. Baik, siapapun setuju tentang hal itu.

Disampaikan juga bahwa bahwa bulliying bukan hanya dilingkungan siswa atau anak-anak namun juga pada wilayah kerja. Bahwa bulliying bisa terjadi dimanapun. Itu intinya. Titik.

Adapun para korban bulliying bisa memjadi pelaku bulliying suatu hari nanti.

Bagaimana solusinya? Didiamkan, nanti juga bosan sendiri. Bukan. Keburu tewas yang di bulli kan? Tuh contohnya ada.

Pembulli itu edan, jadi gak bisa diberi tangguh, jadi ya....itu juga bukan solusinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline