Lihat ke Halaman Asli

Borobudur Writers & Cultural Festival ke-2

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk kedua kalinya, Samana Foundation berhasil menyelenggarakan acara Borobudur Writers and Culture Festival ( BWCF ) setelah tahun sebelumnya acara diselenggarakan pada bulan oktober 2012.  Dalam kesempatan kali ini,  acara Borobudur Writers and Culture Festival ( BWCF )  diadakan selama 4 hari yaitu 17-20 Oktober  yang  diadakan di hotel-hotel  dan rumah buku yang ada  di Yogjakarta,  seperti hotel  Ambarukmo, hotel Hyatt,  hotel Manohara, dan rumah buku Dunia Tera.  Acara   festival ini merupakan forum pertemuan bagi para penulis dan pekerja kreatif serta aktifis budaya.  Pertemuan ini pada umumnya bertujuan untuk melakukan dialog mengenai  berbagai  khazanah sehingga paga creator maupun masyarakat dapat memanfaatkan segala khazanah yang ada sesuai dengan kebutuhan aktualnya .

Acara  Borobudur Writers and Culture Festival ( BWCF ) ini mengambil tema Arus Balik Memori rempah dan bahari nusantara colonial dan pokolonial setelah  tahun sebelumnya mengambil tema memori dan imajinasi nusantara : Musyawaroh Agung Penulis Cerita Silat dan Sejarah Nusantara. Dengan tema yang ada, maka pada kesempatan kali ini  banyak  membicarakan tentang bahari  nusantara dan rempah, ditambah juga dengan berbagai penyampaian mengenai makanan nusantara.

Acara ini begitu banyak menarik perhatian, buan hanya penulis, tapi sastrawan, budayawan bahkan arkeolog pun turut serta mengikuti acara Borobudur Writers and Culture Festival ( BWCF ).   Karena memang tema yang diambil  mengenai rempah dan bahari  merupakan hal yang sangat penting yang harus diketahui dan dimengerti.  “ Nusantara adalah negara bahari dan sejarah nusantar terbentuk oleh rempah “.  Tutur Prof. Dr. Timbul Haryono .  keterangan yang lebih lanjut oleh Prof timbul pada hari ke-3, beliau menjelaskan betapa pentingnya kita harus menjaga khazanah nusantara berupa remah dan kuliner. Karena  melihat perkembangan zaman, kuliner nusantara sudah bergeser menjadi makan  yang meniru gaya barat, padahal, kebanyakan mengandung bahan pengawet yang tidak menyehatkan. Seperti jungfood.  “kekayaan makanan dan minuman nusantara harus digali dan dihidupkan, karena itu sehat”.  tuturnya.

Berbicara mengenai makanan, dalam acara kali ini, menghadirkan chief agus yang memilki pengaaman dahsyat mengenai rempah.  Beliau sudah menjelalajah diberbagai negara seperti  Eropa, Amerika, India dan Timur tengah  untuk melakukan pengamatan terhadap makanan.khususnya dalam penggunaan rempah sebagai bahan untuk membuat makanannya.  Dalam keterangannya, beliau menghimbau bahwa makanan nusantara harus segera diperkenalkan kepada khalayak umum. Dengan diperkenalkannya makanan nusantara, maka ia tak akan tergeser oleh zaman. Akan sangat  disayangkan jika makanan yang ada di Nusantara harus punah hanya karena kita enggan atau malu untuk memperkenalkannya.  Bukankah itu tugas kita..??

Acara penutupan Borobudur Writers and Culture Festival ( BWCF ) dilaukan di hotel  Sheeton Mustoka Yogyakarta.  Dalam penutupan acara ini, dilakukan penyerahan Sang Hyang Kamahayanikan Award oleh PT. TWC dan Mudji Sutrisno kepada keluarga A.B Lapian. Diharapkan, setelah acara ini kita mamapu mengangkat kembali khazanah nusantara yang telah lama dilupakan. ***Laili Usria




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline