Melanjutkan program tahun sebelumnya, Honey Bee School di Kabupaten Kepulauan Mentawai kini memasuki fase baru yang lebih terstruktur dan strategis. Program yang merupakan pengabdian dosen dari Universitas Negeri Padang (UNP) ini dipimpin oleh Triyatno, Febriandi, dan Lailatur Rahmi. Tujuannya adalah menjadikan Honey Bee School sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat untuk budidaya lebah madu yang berbasis agroforestri, sebuah pendekatan yang menggabungkan pertanian dan kehutanan dengan prinsip keberlanjutan.
Program ini berfokus pada tiga aspek utama: pengembangan sumber daya manusia (SDM), penyediaan sarana dan prasarana, serta pembentukan kepengurusan yang kuat untuk memastikan keberlanjutan program. Penguatan SDM dimulai dengan pelatihan dan pendidikan yang berbasis kompetensi bagi masyarakat, yang diharapkan dapat menjadi calon pelatih atau trainer di sekolah lebah tersebut. Triyatno menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas SDM ini menjadi langkah penting dalam membangun masyarakat yang tidak hanya terampil dalam budidaya lebah madu, tetapi juga mampu melatih orang lain, sehingga program ini dapat berkelanjutan dan mandiri.
Selain itu, dukungan sarana dan prasarana menjadi faktor penting dalam keberhasilan program. Bersama-sama dengan pemerintah desa dan Balai Taman Nasional Siberut, tim pengabdian menggunakan rumah adat Uma dan kantor desa
sebagai tempat pelaksanaan kegiatan Honey Bee School. Fasilitas ini menjadi pusat aktivitas di mana masyarakat dapat mengikuti pembelajaran dan praktik lapangan, mulai dari teori agroforestri hingga teknik budidaya lebah madu. Lailatur Rahmi menambahkan bahwa pemilihan rumah adat Uma ini mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal dengan inovasi modern dalam pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana.Dalam upaya memperkuat tata kelola, dibentuklah kepengurusan Honey Bee School yang melibatkan unsur pemuda karang taruna, kelompok tani hutan, serta masyarakat pencari madu hutan. Kepengurusan ini bertugas mengorganisir berbagai kegiatan, mengawasi pelaksanaan program, serta merancang strategi untuk memastikan tujuan jangka panjang program dapat tercapai. Dengan adanya struktur organisasi yang baik, diharapkan program ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kepulauan Mentawai.
Tidak hanya berhenti di penguatan SDM dan tata kelola, program Honey Bee School juga mengembangkan berbagai kelas edukasi untuk masyarakat. Salah satu kelas yang paling mendasar adalah edukasi tentang lebah madu dan agroforestri, di mana peserta mendapatkan pengetahuan tentang konsep agroforestri dan dasar-dasar biogeografi lebah. Materi ini sangat penting sebagai landasan bagi kelas-kelas selanjutnya.
Kelas lanjutan berupa pelatihan panen lebah madu hutan, di mana peserta belajar praktik lapangan tentang cara memanen madu tanpa merusak koloni lebah. Metode yang diajarkan berbasis pada prinsip kelestarian, dengan fokus pada spesies lebah hutan seperti Apis dorsata yang tidak dapat dibudidayakan di rumah. Edukasi ini memberikan keterampilan penting bagi masyarakat untuk tetap menjaga populasi lebah sambil tetap mendapatkan hasil yang ekonomis.
Pada tahap akhir, masyarakat juga mendapatkan pelatihan tentang budidaya lebah madu, terutama jenis Apis cerana yang dapat dipelihara di lingkungan domestik. Pelatihan ini mencakup seluruh proses, mulai dari pencarian koloni, pembuatan kotak stup, hingga teknik panen dan pengemasan madu yang siap untuk dipasarkan. Dengan adanya keterampilan budidaya ini, masyarakat diharapkan dapat mengembangkan potensi ekonomi lokal berbasis alam yang lestari.
Program pengabdian ini tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan. Dengan memperkenalkan konsep agroforestri dan budidaya lebah madu, Honey Bee School diharapkan dapat menjadi model pendidikan nonformal yang mendukung pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini menjadi bukti nyata kontribusi dosen UNP dalam memberdayakan masyarakat lokal, menciptakan keterampilan yang relevan, dan membangun kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H