Kita semua tentu tidak asing dengan kata Mutiara "Bertetangga di Surga". Sebenarnya apa makna dari kalimat yang sudah tersohor itu?
Pada kesempatan ini saya akan menguliti pembahasan "Bertetangga di Surga" yang diangkat dalam kajian rutin Yuk Ngaji TV pada Live Zoom yang diteruskan di Youtube. Pada edisi tersebut kedatangan tamu yang sangat special, yaitu Ustadz Oemar Mita.
Ustadz Umar Mitha membuka pengajiannya dengan sangat jelas dan penuh irama, begitu kata Ustadz Flix. Jika berbicara surga pasti berbicara sesuatu hal yang besar. Bahkan di zaman Rosulullah dulu motivasi terbesar para sahabat adalah diceritakan tentang surga. Dan Allah sendirilah yang menjanjikan tentang surga itu.
Cerita tentang seorang sahabat yaitu Umar Al Hamam. Beliau bertanya pada Rosulullah saat akan berperang, kalau tidak salah saat perang Badar.
"Dimana tempat saya di saat saya membela mu ya Rosul?"
"Di surga." Rosul menjawab dengan sangat singkat.
Jawaban yang singkat dari Rosul itu langsung menggerakkan seluruh kekuatan Umar Al Hamam untuk berperang dan maju. Ketika di medan perang, dia ingat di kantongnya ada kurma. Namun, ketika dia akan mengambilnya, muncullah dialog dengan benda mati tersebut. Dalam hadist disebutkan, "Kalau saya makan kurma ini, maka akan terlalu lama saya hidup di dunia. Dan saya merasa terlambat untuk mendapatkan surga-Nya."
Kita harus benar-benar membuka mata kita bahwa mengingat surga itu kekuatan, dan mengingat dunia itu ingat kelemahan kita.
Ingatkah teman-teman ketika Ustadz Weemar Aditya sebelumnya menceritakan bahwa Ibunda Khodijah mendapat salam dari Allah melalui Jibril yang dititipkan pada Rosul. Ketika Allah mengucapkan salam pada Ibunda Khadijah, ternyata Allah sedang memberikan booster kepada Ibunda Khadijah yang sudah mulai kepayahan mendampingi dakwah Rosulullah.
Maka turunlah Malaikat Jibril melalui Rosulullah mengabarkan salam. Beliau akan diberikan sebuah rumah di surga dengan 2 fasilitas yaitu tidak ada keramaian dan tidak ada keletihan. Tidak ada keramaian menggantikan keramaian yang dihadapi di dunia dan tidak ada keletihan untuk menggantikan keletihan Ibunda Khadijah ketika menemani Rosulullah. Itulah kekuatan yang diberikan Rosulullah agar mendapatakan kekuatannya kembali dalam menemani Rosulullah.
Mengingatnya adalah sebuah kekuatan besar yang akan kita jadikan pegangan ketika kita mengalami kepayahan dan keletihan.