Lihat ke Halaman Asli

Alternatif Pengobatan Penyakit Streptococcis pada Ikan Gurami dengan Menggunakan Ekstrak Makroalga Ulva Lactuca atau Selada Laut

Diperbarui: 11 Juli 2024   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulva lactuca (cr: The Seaweed Site)

Bayangkan jika salah satu komoditas utama sektor perikanan air tawar di Indonesia, ikan gurami, terancam oleh penyakit mematikan yang bisa mengakibatkan kematian massal dalam waktu singkat. Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu komoditas utama dalam sektor perikanan air tawar di Indonesia dengan nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Pada tahun 2021, produksi ikan gurami di Indonesia mencapai 176.113,78 ton (Sadya, 2022). 

Dibalik itu, budidaya ikan gurami menghadapi berbagai kendala, terutama karena rentannya ikan ini terhadap berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan gurami adalah streptococcosis, yang disebabkan oleh bakteri patogen dari genus Streptococcus, khususnya spesies Streptococcus iniae dan Streptococcus agalactiae. Infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kematian massal pada ikan dalam waktu singkat yang mengakibatkan kerugian besar bagi para petani ikan.

Penanganan umum terhadap penyakit streptococcosis adalah dengan pemberian antibiotik. Namun, seiring berjalannya waktu penggunaan antibiotik secara intensif dapat menimbulkan masalah seperti bioakumulasi, pencemaran lingkungan, resistensi patogen, serta penekanan terhadap sistem imun ikan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengobatan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Di sisi lain, solusi ramah lingkungan yang tak terduga muncul dari kedalaman laut, yakni alga hijau Ulva lactuca atau selada laut. Perairan Indonesia kaya akan alga laut yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi alami untuk masalah kesehatan ikan. Alga Ulva lactuca ini dapat berkembang biak dengan cepat melalui reproduksi seksual dan fragmentasi. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Metungun, et al. (2023), alga hijau ini memiliki potensi antibakteri karena mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid, terpenoid, steroid, saponin dan tanin. Penggunaan Ulva lactuca sebagai antibiotik alami dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan.


Melihat permasalahan dan potensi diatas, lima mahasiswa yang terdiri dari Lailatul Mubayyinah, Lathifah Tara Mudita, Alvira Rizqi Rahmadia, Dinar Ayu Sekar Pawening , dan Sharyn Ciptadi Kodja dibawah bimbingan Bapak Ekwan Nofa Wiratno S. Si., M. Si. mengembangkan riset mengenai efektivitas antibakteri ekstrak makroalga Ulva lactuca terhadap penyakit streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae pada ikan gurami (Osphronemus gouramy). Penelitian ini didanai oleh Kemendikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta tahun 2024.

Dokumentasi pribadi

Lailatul Mubayyinah mengatakan bahwa, "Riset ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak Ulva lactuca dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae secara in vitro dan untuk meningkatkan kesembuhan ikan gurami yang terinfeksi penyakit streptococcosis." 

Diharapkan, hasil penelitian ini dapat memberikan solusi alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam industri perikanan. Dengan adanya solusi yang lebih berkelanjutan seperti ini, industri perikanan diharapkan dapat terus berkembang tanpa memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline