W.S Rendra (Willibrordus Surendra Bawana Rendra), lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935. Meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun. W.S Rendra adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Beberapa penghargaan yang telah diraihnya antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954), Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956), Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970). Hadiah Akademi Jakarta (1975), The S.E.A. Write Award (1996), Penghargaan Achmad Bakri (2006).
Tokoh kami dalam puisi Sajak Orang Kepanasan adalah seseorang yang tertindas dan miskin yang hanya makan akar. Makan akar disini dimaksudkan dengan hanya makan umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar dan umbi-umbian yang lain. Hidup berhimpitan, kucel, sumpek, terlantar dijalan, kebanjiran, dibungkam, diancam, tidak boleh memilih, hanya bersandal, harus sopan dan hanyalah arus kali.
Dalam puisi Sajak Orang Kepanasan dijelaskan bahwa tokoh kamu merupakan tokoh yang memiliki kekuasaan dan kaya. Ia menumpuk terigu digudang, ruangnya berlebihan, gemerlapan, mengunci pintu, memiliki semua keteduhan, bisa berpesta dikapal pesiar, bisa dengan mudah nyerocos bicara, memaksakan kekuasaan, bebas berencana dan bebas memakai senapan, mempunyai penjara dan tokoh kamu bagaikan batu tanpa hati.
Yang terjadi dengan tokoh kami dalam puisi Sajak Orang Kepanasan ini mengalami penindasan dari tokoh kamu yang semena-mena dan memiliki kekuasaan yang tinggi. Kehidupan yang dialami tokoh kami sangat berbeda dengan kehidupan yang dialami oleh tokoh kamu. Contohnya saja dalam petikan berikut:
Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu
Serta petikan-petikan lain disetiap bait dalam puisi Sajak Orang Kepanasan ini. Tetapi dibalik ketidakberdayaan tokoh kami, mereka mampu dengan tegas menolak penindasan dari tokoh kamu dengan berani berkata TIDAK pada bait yang terdapat dalam puisi Sajak Orang Kepanasan ini.
Pada puisi Sajak Orang Kepanasan, hal yang dilakukan tokoh kamu kepada tokoh kami saat tokoh kami dalam ketidakberdayaan adalah dengan menumpuk terigu digudang saat tokoh kami hanya makan akar. Hidup dengan ruang yang berlebihan dan gemerlapan pada saat tokoh kami hanya hidup berhimpitan dan berpenampilan kucel. Mengunci pintu saat tokoh kami dalam kesumpekan. Tokoh kami memiliki semua keteduhan, seperti rumah yang mewah, apartemen, dan keteduhan yang lain sedangkan tokoh kami terlantar dijalan, hidupnya terombang-ambing dan tidak mempunyai rumah. Pada saat tokoh kami mengalami kebanjiran hal yang dilakukan tokoh kamu justru berpesta dikapal pesiar.Tokoh kamu membungkam mulut dan mengancam tokoh kami sedangkan ia malah nyerocos bicara dan memaksakan kekuasaannya. Saat tokoh kamu bebas berencana dengan apa yang dianginkan melalui kekuasaannya, tokoh kami justru tidak boleh memilih apa yang menjadi haknya. Saat tokoh kami hanya bersandal, tokoh kamu malah denganbebas memakai senapan, artinya tokoh kamu disini adalah seorang penguasa, bisa jadi ia adalah seorang penjajah. Dan karena tokoh kamu disini mempunyai penjara, maka tokoh kami dituntut untuk bersikap sopan, karena jika tidak, tokoh kamu bisa dengan mudahnya memenjarakan tokoh kami yang berbuat tidak sopan kepadanya. Serta dalam puisi ini, disebutkan bahwa tokoh kamu adalah tokoh yang diibaratkan seperti batu tanpa hati, maksudnya ialah mereka dengan semena-mena menindas tokah kami tanpa adanya rasa belas kasihan sedikitpun .
Puisi Sajak Orang Kepanasan ini didalamnya mengandung ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial antar tokoh kami dan tokah kamu adalah bahwa tokoh kami adalah tokoh yang miskin sedangkan tokoh kamu adalah seorang tokoh yang kaya raya, tokoh kamu memiliki kekuasaan sedangkan tokoh kami tertindas akan kekuasaan yang dimiliki oleh tokoh kamu. Dapat pula diartikan bahwa tokoh kamu adalah seorang penjajah yang kejam dan tokoh kami adalah rakyat Indonesia yang mengalami kesengsaraan akibat penjajahan yang dilakukan oleh tokoh kamu.
Dalam puisi Sajak Orang Kepanasan ini, tokoh kami mengungkapkan penolakan atas ketertindasan yang dialaminya. Coba perhatikan bait puisi berikut ini
Karena kami dibungkam
dan kamu nyerocos bicara
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan
maka kami bilang TIDAK kepadamu
Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana
Karena kami semua bersandal
dan kamu bebas memakai senapan
Karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
Disini terlihat bahwa tokoh kami sungguh berani menolak apa yang dilakukan oleh tokoh kamu dengan tegas berkata TIDAK kepadamu dan TIDAK dan TIDAK kepadamu. Dan sebelum adanya penolakan tersebut W.S Rendra dengan piawai membangun pukulan demi pukulan untuk menguatkan benturan atau kontradiksi antara tokoh kami dan tokoh kamu.
Terdapat keterkaitan antara puisi Sajak Orang Kepanasan karya W.S Rendra dengan realita kehidupan saat ini. Dalam puisi ini dijelaskan adanya seseorang yang memiliki kekuasaan dan dengan semena-mena melakukan penindasan kepada orang yang miskin dan tak berdaya. Sama halnya dengan kehidupan saat ini, banyak terdapat penguasa-penguasa yang memegang kuasa dalam Negara tetapi ia malah menyalahgunakan kekuasaan atau jabatannya dengan tidak benar, menindas dan menyengsarakan rakyat miskin dengan cara mengambil dan memanfaatkan uang rakyat untuk keprluan pribadinya, atau yang sering disebut dengan korupsi. Padahal di Indonesia sendiri rakyatnya masih banyak yang mengalami kemiskinan, pengangguran dan problema kehidupan yang tidak selayaknya dirasakan oleh rakyat miskin.
Isi puisi Sajak Orang Kepanasan ini berkaitan dengan pengalaman hidup W.S Rendra. Ia adalah seorang sastrawan yang memang gemar membuat karya-karya yang berbau protes, bahkan, W.S Rendra pernah ditahan oleh pemerintah berkuasa saat itu, karena ia sempat membuat karya berbau protes pada masa aksi para mahasiswa di tahun 1978. Demikian juga pementasannya, ketika itu tidak jarang dilarang dipentaskan. Drama dan sajaknya sering dicekal pemerintah karena kritiknya yang begitu tajam. Di samping karya berbau protes, W.S Rendra juga sering menulis karya sastra yang menyuarakan kehidupan kelas bawah, termasuk puisi Sajak Orang Kepanasan ini.
Dalam puisi ini, tergambar jelas ekspresi W.S Rendra dalam mengungkapkan kata disetiap bait yang ditulisnya. W.S Rendra mampu mengimplementasikan semua curahan perasaan, emosi dan imajinasinya dengan baik. Seperti pada kalimat “maka kami bilang: TIDAK kepadamu” dan “maka TIDAK dan TIDAK kepadamu”, terdapat penekanan-penekanan bunyi dan ekspresi yang mengungkapkan ketegasan tokoh kami dalam menolak atau memerangi penindasan yang dilakukan tokoh kamu.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sajak orang kepanasan ini diantaranya nilai sosial dan ekonomi, yakni ditunjukkan dengan adanya kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi antara tokoh kami dan tokoh kamu, serta adanya realita kehidupan rakyat/tokoh kami yang tertindas, dalam menghadapi kerasnya hidup, mulai dari hanya makan umbi-umbian, berpenampilan kucel, hidupnya terlantar dijalan, kebanjiran, dan masalah-masalah yang lain. Selanjutnya terdapat nilai budaya, dibuktikan dengan adanya pernyataan tokoh kamu yang menumpuk terigu digudang, mengunci pintu, danberpesta dikapal pesiar. Dalam puisi ini, juga terdapat nilai politik, yang dibuktikan dengan adanya kalimat “dan kamu memaksakan kekuasaan”. Nilai kesopananpun dinyatakan dalam puisi ini, yakni terdapat dalam salah satu baris dalam puisi Sajak Orang Kepanasan yang berbunyi “karena kami harus sopan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H