Lahirnya Behaviorisme Radikal
Behaviorisme Radikal adalah salah satu aliran dalam psikologi yang dikembangkan oleh B.F. Skinner pada pertengahan abad ke-20. Aliran ini difokuskan pada studi perilaku yang dapat diamati secara langsung dan menolak penggunaan konsep keadaan mental atau proses internal untuk menjelaskan perilaku. Behaviorisme Radikal dapat dikenali dengan penekanannya pada prinsip-prinsip pengkondisian operan serta penolakannya terhadap introspeksi dan penggunaan penjelasan berbasis mental dalam psikologi. Skinner memainkan peran dalam perkembangan sejumlah konsep penting seperti penguatan (reinforcement) dan kondisi operant (operant conditioning). Ia meyakini bahwa perilaku manusia dapat dipahami dan diubah melalui manipulasi stimulus serta penggunaan penguatan. Dalam pandangannya, manusia dapat belajar melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, dan hasil dari tindakan ini dapat dimodifikasi dengan memahami dan mengendalikan konsekuensi yang terkait. Dengan demikian, Skinner memfokuskan perhatiannya pada bagaimana lingkungan dapat membentuk dan memengaruhi perilaku manusia melalui prinsip-prinsip kondisi operant, yang menjadi dasar bagi banyak aplikasi dalam psikologi, pendidikan, dan ilmu perilaku.
Operan Kondisioning Skinner
Dalam pengembangan sistem tingkah laku, B.F. Skinner membedakan dua jenis respons tingkah laku, yaitu respons responden dan operan (operant). Tingkah laku respons adalah respons khusus yang dipicu oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus selalu mendahului respons. Contohnya termasuk reaksi seperti menyempitkan pupil mata ketika terkena cahaya terang, menggigil karena kedinginan, atau air liur keluar saat melihat makanan. Respons ini terjadi secara alami atau spontan. Pentingnya, stimulus yang sama akan menghasilkan respons yang sama pada semua individu dan spesies yang serupa, dan respons responden sering melibatkan refleks yang terkait dengan sistem saraf otonom. Namun, respons responden yang lebih tinggi dapat diperoleh melalui pembelajaran dan dapat dikondisikan.
Ivan Pavlov, seorang fisiologis Rusia, adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa respons responden dapat dikondisikan. Dalam eksperimen terkenalnya dengan anjing, ia menggunakan pengondisian klasik untuk menghubungkan respons air liur dengan bunyi bel. Hasilnya, anjing mulai mengeluarkan air liur saat mendengar bunyi bel, bahkan tanpa makanan. Proses ini disebut pengondisian klasik. Selain Pavlov, Watson dan Rayner melakukan eksperimen serupa dengan manusia, menginduksi ketakutan pada seorang anak bernama Albert melalui pengondisian klasik. Mereka menunjukkan bahwa respons ketakutan bisa dikondisikan pada manusia, seperti yang terjadi pada Albert.
Skinner, meskipun mengakui pengondisian klasik, lebih fokus pada tingkah laku operan. Ia percaya bahwa perilaku manusia terutama terbentuk oleh konsekuensi yang mengikuti tindakan. Jika hasilnya positif, individu akan melanjutkan tingkah laku tersebut sebagai respons operan. Sebaliknya, hasil negatif akan menghentikan atau mengubah tingkah laku tersebut. Sebagai contoh, jika tindakan tersenyum kepada seseorang tidak direspons dengan baik, individu mungkin akan menghentikan tindakan tersebut. Ini menunjukkan bagaimana konsekuensi atas perilaku dapat mengendalikan tingkah laku operan.
Dalam eksperimen laboratoriumnya, Skinner menggunakan prosedur pengondisian operan, yang sering dikenal dengan nama "kotak Skinner." Kotak ini dilengkapi dengan alat pengungkit yang terhubung dengan pemberian makanan. Ketika alat pengungkit tersebut terinjak atau ditekan oleh tikus percobaan, makanan akan muncul. Lingkungan kotak ini dirancang untuk mengisolasi tikus dari gangguan eksternal yang dapat memengaruhi hasil percobaan. Pada awalnya, tikus percobaan cenderung menunjukkan respons sembarangan seperti berjalan-jalan, mencium-cium, dan mencakar-cakar. Respons-respons ini muncul tanpa rangsangan khusus yang dikenali oleh tikus, melainkan spontan. Namun, melalui proses pembelajaran, tikus secara tidak sengaja menekan alat pengungkit yang mengakibatkan makanan muncul. Ini adalah contoh dari tingkah laku operan, di mana tikus secara aktif mencoba untuk mendapatkan makanan dengan menekan alat tersebut. Namun, jika penekanan alat pengungkit tidak lagi menghasilkan makanan, tikus akan berhenti melakukan tindakan tersebut. Ini adalah contoh dari penghapusan respons, di mana tingkah laku operan yang tidak lagi diperkuat akan berhenti.
Pengkondisian operan dalam kehidupan Sehari-hari
Kita dapat menghubungkan konsep ini dengan kehidupan sehari-hari, seperti respons menangis pada anak kecil. Ketika seorang anak menangis karena sakit atau ketakutan, orang tua sering memberikan perhatian atau penguatan positif seperti makanan atau mainan. Akibatnya, anak mungkin akan menangis tidak hanya karena kesakitan atau ketakutan, tetapi juga sebagai cara untuk memperoleh perhatian atau penguatan positif. Dalam hal ini, tangisan anak menjadi suatu bentuk tingkah laku operan.
Contoh kasus lain menggambarkan bagaimana penguatan positif dapat mengubah dan kemudian menghapus tingkah laku. Seorang anak yang selalu mendapatkan perhatian saat tidur dan menangis mungkin akan mengembangkan tingkah laku tersebut. Namun, dengan menghindari memberikan perhatian saat tidur, tingkah laku tersebut lambat laun bisa menghilang. Inti dari konsep ini adalah bahwa konsekuensi atas suatu tingkah laku akan memengaruhi kecenderungan individu untuk mengulangi atau menghentikan tingkah laku tersebut di masa depan.