Rezeki Mencarimu sebagaimana upaya engkau mencarinya
Oleh:
Dr. Lailatul Usriyah, M.Pd.I
Kisah menjadi seorang doktor ternyata tidaklah mudah, sebab banyak hal yang harus dilalui. Perjuangan keras terus dibutuhkan agar bisa mencapai apa yang menjadi cita-cita dan harapan. Tahap demi tahap dilalui dengan penuh semangat, walaupun rasa malas terkadang juga datang menghantui. Akan tetapi saya berusaha bagaimana caranya menepis rasa malas itu, supaya cita-cita terbesar itu bisa terwujud.
Dibalik setiap kesuksesan pasti selalu ada proses dan lika liku kisah dalam mencapainya. Tak beda jauh, dalam belajar dan menuntut ilmu juga diwarnai dengan pasang surut problematika yang mengiring perjalanannya.
Tidak bisa dipungkiri untuk menjadi doktor tidak mudah seperti membalikkan tangan. Perlu perjuangan dan berbagai strategi untuk menggapainya. Niat saja tidak cukup tapi perlu kerja keras dan kerja cerdas.
Begitu pula yang saya alami saat mencapainya. Tahap awal pendaftaran waktu itu saya ikut program Mora mengambil di IAIN Tulungagung yang ada program studi Manajemen Pendidikan Islam agar linear dengan pendidikan sebelumnya. Tiba waktu pengumuman ternyata nama saya Lailatul Usriyah dari IAIN Jember tidak tercantum.
Beberapa bulan kemudian ada telpon dari direktur Pascasarjana yaitu Prof. Dr. H. Miftah Arifin M.Ag. yang mengatakan bahwa hari ini ada ujian Program Doktor di IAIN Jember dan saya harus segera masuk ruangan karena sudah berlangsung beberapa menit sebelumnya.
Dengan perasaan bingung karena merasa tidak mendaftar, saya datang ke ruangan Wakil Direktur Dr. Imam Machfudi yang ternyata di dalam ruangan sudah menunggu Direktur, Prof. Dr. H. Miftah Arifin M.Ag dan Kaprodi MPI Bapak Dr. H. Aminullah M.Ag yang kemudian diantar ke lantai 3 oleh pak Imam Machfudi untuk mengikuti ujian tulis bahasa arab dan bahasa inggris sampai jam 12.00 dilanjut ujian lisan pengujinya yaitu kaprodi MPI Dr. H. Aminullah M.Ag. berupa baca tulis Al-Qur'an waktu itu yang saya tulis surat Waqi'ah dan proposal disertasi dalam sekejap saya print proposal penelitian yang dulu saya ajukan sambil nunggu giliran tiba. Masih dalam perasaan bingung dan gundah malam harinya ada telpon dari bu Rektor IAIN Jember Dr. Erma Fatmawati disuruh datang kerumahnya.
Setelah saya sampai ternyata disana sudah ada teman teman yang lolos program Mora yaitu Nur Afandi, Moh. Anwar, Ubaidillah dan Rosyid yang kemudian memberikan sumbangan uang senilai dua jutaan per orang sehingga terkumpul 8 juta untuk pembayaran SPP. Dengan perasaan bingung dan bahagia akhirnya saya paham bahwa saya telah didaftarkan oleh Rektor dan juga ditanggung biaya SPP sama teman teman yang lolos mora selama perkuliahan.