Lihat ke Halaman Asli

Meluapnya Air di Daerah Aliran Sungai Kedunglarangan

Diperbarui: 8 Juni 2021   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Peristiwa terjadinya bencana alam banjir memang sudah termasuk hal yang biasa terjadi di Negara ini, salah satunya di Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan yang selalu menjadi langganan banjir hampir setiap tahun. Hal ini dikarenakan meluapnya sungai-sungai saat terjadi hujan deras. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan Pasuruan mempunyai potensi terjadi banjir yang sangat besar setiap tahun. Sungai Kedunglarangan ini berhulu di Gunung Arjuna dan terbentang sampai Kecamatan Bangil, Pasuruan dan sampai pantai di Tlocor, Sidoarjo. Selain itu ada juga Daerah Aliran Sungai (DAS) Welang dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso di Pasuruan.

Kondisi sungai ini jika dilihat dari Kelurahan Kalianyar sudah cukup bersih dari sampah, karena tiap beberapa hari sekali ada petugas yang akan mengambil sampah rumah tangga dari setiap rumah di kelurahan kalianyar ini, jadi masyarakat tidak lagi membuang sampah di sungai. 

Tetapi air sungai tersebut masih keruh. Dan beberapa masyarakat juga masih ada yang buang air besar (BAB) di sungai ini karena tidak mempunyai WC sendiri dirumah.

Pada beberapa tahun terakhir telah dilakukan normalisasi dengan melebarkan serta meninggikan tanggul sisi kiri dan sisi kanan, sepanjang 8 kilometer. Semula lebar sungai Kedunglarangan hanya 30 meter setelah dilakukan normalisasi lebarnya menjadi 60 meter. Juga dilakukan pengerukan untuk titik sungai yang dangkal.

Selain itu sungai ini pada tahun 2020 telah dibuka wisata air yang terletak di Kelurahan Kalianyar. Dari tempat itu kita dapat naik perahu sampai ke Tlocor, Sidoarjo. Tapi tempat itu masih kurang ada peminat karena mungkin belum terlalu terkenal. Biasanya hanya warga desa sendiri yang pergi kesana jika ingin ke Tlocor secara berkelompok dengan perahu.

Pada bulan Februari 2021 kemarin, tanggul sungai Kedunglarangan, di Desa Manaruwi Kec. Bangil jebol karena tidak mampu menahan debit air akibat curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan banjir di daerah tersebut. Jebolnya tanggul Sungai Kedunglarangan terjadi awal Desember 2020. Usai diperbaiki sementara dengan konstruksi sandbag, tanggul itu kembali jebol diterjang banjir pada 3 Februari 2021, bersamaan dengan banjir luapan Sungai Pulungan. Di Kecamatan Bangil totalnya ada 6 kelurahan yang tergenang banjir akibat luapan Sungai Kedunglarangan. Selain itu, banjir juga merendam empat desa di Kecamatan Winongan, satu desa di Kecamatan Grati dan satu desa di Kecamatan Rejoso.

Salah satu tempat yang berdampak dari jebolnya tanggul di sungai kedunglarangan yaitu di Kelurahan Kalianyar, tempat saya (penulis) tinggal yang memang sudah menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Air datang sangat cepat yang mengakibatkan rumah-rumah terendam banjir sampai masuk kedalamya, meskipun sudah meletakkan tumpang (sejenis kaju pembatas yang dipasang di pintu rumah dan ditempel dengan tanah liat guna menahan air yang masuk), karena saking tingginya sampai melebihi tinggi tumpang tersebut dan mengakibatkan air dapat masuk ke dalam rumah. Semua masyarakat harus menaikkan barang-barang dan menyelamatkan barang yang memang penting yang ada di bawah sampai ke atas.

Bahkan beberapa warga yang rumahnya rendah harus sampai mengungsi ke rumah warga lain yang rumahnya tinggi berlantai 2. Hal tersebut mengakibatkan banyak sekali kerugian seperti rusaknya barang elektronik, rumah dan jalanan yang menjadi kotor terkena lumpur dan hilangnya barang-barang karena terhanyut oleh banjir.

sungai terlihat meluap di Kelurahan Kalianyar

Beberapa pejabat pun langsung melakukan sidak untuk melihat secara langsung tanggul yang jebol tersebut. Setelah pembersihan selesai, baru dilanjut pemasangan bronjong, pembangunan tanggul bronjong sepanjang sekitar 40 meter di Sungai Kedunglarangan itu memerlukan waktu 2 bulan.

Memang daerah yang dekat dengan daerah aliran sungai memang selalu mempunyai potensi terjadi banjir dan itu memang sudah resiko. Meskipun telah dilakukan semua perbaikan dan normalisasi di sungai kedunglarangan tersebut, masyarakat tetap berfikir banjir pasti akan selalu ada di daerah ini setiap tahunnya karena sudah sering terjadi seperti sebuah kebiasaan. Jadi masyarakat sudah sampai faham bagaimana tanda-tanda jika akan terjadi banjir datang. Karena jika dapat mengetahui lebih awal, masyarakat dapat melakukan antisipasi terlebih dahulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline