Dalam cerpen Di Mana Om Kelik? Ini terdapat beberapa kekurangan atau kesalahan penulisan dan tanda baca, sehingga pada pembahasan ini, penulis akan memaparkan bagian atau titik point kesalahan apa saja yang ada dalam cerpen ini. Bukti kutipan berupa kata atau kalimat akan dilampirkan sebagai alat untuk menganalisis.
Sebelumnya, cerpen ini bercerita mengenai seorang pria yang memiliki jabatan sebagai kepala desa. Namun tugasnya sebagai kepala desa tidaklah semudah yang dibayangkan. Ia harus segala macam keperluan masyarakat, sehingga tokoh Om Kelik datang membantunya untuk bisa merubah jabatan nya dari kepala desa menjadi seorang lurah. sosok Om Kelik ini memiliki pribadi yang sangat baik dan selalu membantu. Tetapi dibalik kejadian ini, untuk menjadi seorang lurah harus mengikuti semua peraturan yang ada. Dan Om Kelik lah yang menjadi tameng agar sahabatnya bisa maju ke pemilihan lurah sehingga semua rencana nya sudah diatur sedemikian rupa. Di dalam cerpen Di Mana Om Kelik? ini menggunakan sudut pandang orang pertama karena menggunakan kata "aku" sebagai tokoh utama yang ada dalam cerpen tersebut.
1) “Foto dengan senyum yang kubuat semanis mungkin tanpa aspartam, pemanis buatan, berdiri gagah, diusung dari jalur incumbent”
Dari bukti kutipan diatas, terdapat kesalahan tanda baca yang ada pada potongan cerpen ini. Seharusnya setelah kata “aspartam” tidak perlu diberi tanda koma melainkan menambahkan kata “atau” agar kalimat yang ada bisa saling terhubung saat dibaca. Setelah itu kata koma nya dihilangkan dan ditambahkan kata “yang” sebagai kata penghubung, setelah kata gagah bisa ditambahkan kata “sehingga” yang berguna untuk menyambungkan kalimat. Berikut contoh kalimatnya;
“Foto dengan senyum yang kubuat semanis mungkin tanpa aspartam atau pemanis buatan yang berdiri gagah, sehingga diusung dari jalur incumbent.”
2) “Hanya yang membuatku sedih adalah ketika salah satu dari mereka berkata ke telinga istriku”
Bukti contoh kutipan kedua ini terlihat biasa dan tidak ada yang salah. Namun jika diperhatikan lagi, kata awalnya terdengar kurang tepat jika sekedar dibaca “hanya”, tetapi bisa ditambahkan tanda koma dan kata “saja” sebagai kata pelengkap. Jika diuraikan kembali maka hasilnya akan seperti berikut;
“Hanya saja, yang membuatku sedih adalah ketika salah satu dari mereka berkata ke telinga istriku.”
3) “Ia terbiasa ikut karang taruna dan selalu aktif urusan yang biasa ada di desa”
Contoh kutipan ketiga ini, terdapat kekurangan kata yang ada diakhir kalimat. Pada kata “biasa” yang terdapat pada akhir kalimat, seharusnya bisa ditambahkan berimbuhan “Nya”. Sehingga kalimat tersebut bisa dipahami dengan jelas. Selanjutnya, terdapat kata “ada” yang letaknya setelah kata “biasa”, bisa diubah menjadi “dilaksanakan” atau “diadakan” sehingga makna yang dimaksud jelas. Berikut contoh kalimat setelah dilakukan penyuntingan;