Lihat ke Halaman Asli

Laila Fatma Sari

Praktisi Bisnis Online

Krisis Pengangguran di Kalangan Lulusan: Solusi atau Kemandekan?

Diperbarui: 20 Desember 2024   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

 Krisis pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi di Indonesia menjadi
permasalahan yang semakin serius dalam beberapa tahun terakhir. Setiap tahunnya, ribuan
mahasiswa lulus dengan harapan besar memasuki dunia profesional dan sukses. Namun
kenyataannya seringkali jauh dari harapan.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
pengangguran di Indonesia tercatat mencapai 7. 465. 599 orang pada Agustus 2024.. Dari
jumlah tersebut, 11,28% atau 842.378 orang merupakan "lulusan pengangguran", yakni
lulusan kelas D4, S1, S2, dan S3. Proporsi lulusan perguruan tinggi yang menganggur akan
berlipat ganda pada tahun 2024 dibandingkan 10 tahun lalu. Pada bulan Februari 2013,
BPS mencatat jumlah "lulusan yang menganggur" hanya 425.042 dari 7.240.897 orang
atau sekitar 5,87%.


Penyebab Utama Krisis Pengangguran
a. Ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja dan kesempatan kerja
Penyebab pertama ini bisa jadi adalah ketidakseimbangan antara jumlah pekerja
dengan jumlah lapangan pekerjaan. Banyak orang yang sudah lulus atau telah lulus
sekolah, maupun lulusan SMA dan SMP yang sudah bisa langsung bekerja,
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya. Tetapi karena sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia di negara ini,
terjadi persaingan ketat untuk mendapatkan jumlah warga yang bersedia bekerja.
b. Masyarakat atau bangsanya tidak bermutu tinggi dan mempunyai tingkat pendidikan
yang rendah
Saat melamar posisi tertentu, perusahaan tentu mempertimbangkan persyaratan yang
harus dipenuhi pelamar kerja. Misalnya, pelamar harus memiliki minimal gelar sarjana
dan memberikan bukti berupa ijazah, atau memiliki keahlian khusus. Jika pelamar
tidak mempunyai keahlian khusus atau tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan
perusahaan, maka sudah pasti akan dikeluarkan dari jabatan tersebut. Oleh karena itu,
mereka yang ingin mencari pekerjaan harus memenuhi kualifikasi dan latar belakang
pendidikan yang diberikan oleh perusahaan.
c. Perkembangan Tekonologi yang menggantikan peran manusia

Salah satu penyebab pengangguran adalah pesatnya perkembangan teknologi. Tanpa
diragukan, kemajuan teknologi sering kali membawa dampak positif bagi masyarakat,
dengan tujuan utama untuk mempermudah kehidupan manusia. Namun, di sisi lain,
kemajuan ini juga memiliki konsekuensi negatif, yaitu berkurangnya lapangan kerja
akibat digantikannya peran manusia oleh mesin. Teknologi yang semakin canggih
memungkinkan mesin untuk mengambil alih tugas-tugas produksi yang sebelumnya
dilakukan secara manual oleh manusia. Hal ini tidak hanya mengurangi beban kerja,
tetapi juga menekan biaya operasional. Akibatnya, banyak perusahaan memutuskan
untuk mengurangi jumlah karyawan dan mengganti peran mereka dengan teknologi
yang lebih efisien. Situasi ini berkontribusi pada meningkatnya angka pengangguran.
d. PHK
Salah satu penyebab pengangguran adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).
Perusahaan biasanya melakukan PHK untuk menstabilkan kondisi internal mereka,
terutama ketika dianggap tidak stabil atau berisiko menghadapi kebangkrutan.
e. Kemiskinan
Pengangguran dapat menjadi penyebab kemiskinan, dan sebaliknya, kemiskinan juga
dapat memicu peningkatan angka pengangguran. Hal ini disebabkan karena masyarakat
dan penduduk miskin pada umumnya mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk
mengenyam pendidikan tinggi seperti universitas. Namun, tentu saja, pemerintah telah
melakukan upaya untuk memastikan bahwa semua warga negara mempunyai akses
terhadap pendidikan yang layak dengan menyediakan dana dan beasiswa kepada
mereka yang membutuhkan.
f. Harapan yang terlalu tinggi terhadap karyawan
Selain tidak memenuhi syarat dan berpendidikan rendah, perusahaan terkadang
memberikan tuntutan yang terlalu tinggi terhadap karyawan dan mengharapkan
kualifikasi yang tinggi. Ekspektasi perusahaan yang tinggi terhadap karyawannya
menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran sehingga menimbulkan
pengangguran.

Dampak Negatif Pengangguran
a. Peningkatan angka kejahatan
Banyak orang melakukan kejahatan adalah salah satu faktor pengangguran. Misalnya:
kekurangan uang, kebutuhan uang, hutang, dan lain-lain. Seperti yang kita ketahui,
pengangguran mempengaruhi keuangan keluarga karena kurangnya pendapatan.
Beberapa tindakan kriminal, seperti pencurian, perampokan, penipuan, dan bahkan
pembunuhan, merupakan pelanggaran hukum yang serius., didorong oleh faktor
ekonomi. Dan penjahat mungkin melakukan ini karena mereka tidak mempunyai
penghasilan
b. Konflik mungkin timbul antara masyarakat dan pemerintah.
Pengangguran dapat memicu ketegangan antara masyarakat dan pemerintah.
Ketegangan ini sering kali terwujud dalam hilangnya kepercayaan, di mana masyarakat
mulai meragukan kemampuan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja baru
serta memenuhi kebutuhan dasar mereka. Akibatnya, muncul konflik dan krisis
kepercayaan terhadap pemerintah.
c. Kemungkinan terdapat kesenjangan dalam kesempatan kerja.
Pengangguran dapat menciptakan kesenjangan dalam kesempatan kerja, yang
membuat banyak orang merasa diperlakukan tidak adil. Contohnya, di Indonesia,
sering kali mereka yang memiliki koneksi mendapatkan lebih banyak peluang kerja
dibandingkan dengan mereka yang tidak. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa iri dan
ketidakpuasan di kalangan pencari kerja yang merasa dirugikan.
d. Penurunan Daya Saing
Tingginya angka pengangguran dapat menyebabkan berkurangnya daya saing. Hal ini
terjadi karena semakin sedikit individu yang memiliki keterampilan, sehingga
persaingan di pasar kerja pun menjadi kian berkurang.


Solusi untuk Mengatasi Pengangguran
a. Peluang kewirausahaan
Peluang kewirausahaan dapat tumbuh melalui inovasi, kreativitas, dan ketangguhan
dalam menghadapi tantangan di pasar tenaga kerja yang kompetitif. Kewirausahaan sendiri merupakan proses menciptakan dan mengelola bisnis dengan berani mengambil
risiko demi meraih keuntungan. Peran kewirausahaan sangat penting dalam
menyelesaikan masalah pengangguran, karena dapat menciptakan lapangan kerja,
mendorong inovasi, dan membangun ekosistem bisnis yang kokoh.
b. Kolaborasi antara Universitas dan Industri
Hubungan ini bertujuan untuk memperkuat, memelihara, dan memperbarui interaksi
antara kedua pihak, yang menjadi kunci dalam pengelolaan kolaborasi yang kompleks.
Universitas memiliki peran penting dalam menyiapkan lulusan dengan beragam
tingkatan Pendidikan mulai dari gelar sarjana hingga doctoral yang dapat memenuhi
kebutuhan tenaga kerja industri. Di sisi lain, industri menawarkan peluang teknis
kepada para pelajar untuk melanjutkan pendidikan melalui kunjungan ke perusahaan.
Pengalaman tersebut memberikan wawasan yang tak bisa diajarkan di dalam kelas
tentang dunia usaha, proses kerja, dan karakteristik unik masing-masing perusahaan.
Berdasarkan pandangan Sanschez dan Tejedor (1995), terdapat empat pendekatan yang
dapat ditempuh untuk mendorong kolaborasi antara universitas dan industri. Pertama,
industri dapat mencari pusat penelitian di universitas yang mampu memberikan solusi
untuk masalah yang mereka hadapi. Kedua, industri dapat menerima proposal
kerjasama yang langsung diajukan oleh universitas atau pusat penelitian yang
menawarkan keahlian atau teknologi. Ketiga, sektor industri bisa meminta bantuan
pihak ketiga untuk menemukan universitas yang sesuai untuk berkolaborasi. Terakhir,
industri juga dapat menerima usulan kerjasama dari pihak ketiga yang mengusulkan
kolaborasi dengan pusat penelitian dan pengembangan lokal..


Peran Pemerintah dan Kebijakan
a. Program Pelatihan Vokasi
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 merupakan langkah strategis yang diambil
oleh pemerintah untuk mempercepat dan memperluas pengembangan sumber daya
manusia (SDM) Indonesia yang kompeten dan mampu bersaing di kancah global. Salah
satu kebijakan baru yang signifikan dalam Perpres ini adalah penugasan Menteri
Ketenagakerjaan sebagai penanggung jawab penyelenggaraan Pelatihan Vokasi,
sementara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Dikbudristek) akan bertanggung jawab atas pendidikan vokasi, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
b. Mendorong sektor wirausaha
Dukungan ini tentunya akan memotivasi lebih banyak individu untuk memulai usaha
mereka sendiri. Inisiatif ini sangat bermanfaat bagi mereka yang kesulitan menemukan
pekerjaan konvensional atau bagi yang ingin mengendalikan jalur karier mereka
sendiri.
Krisis pengangguran mahasiswa pascasarjana memerlukan perhatian serius dari berbagai
pihak. Alasan utamanya meliputi ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga
kerja serta harapan yang tidak realistis dari perusahaan. Untuk mengatasi masalah ini, kolaborasi
antara universitas dan industri untuk menciptakan kemampuan siap kerja sangat penting. Lebih
jauh lagi, mempromosikan kewirausahaan dapat menjadi alternatif yang efektif untuk menciptakan
lapangan kerja baru. Kebijakan pemerintah juga harus bertujuan untuk mendukung program
pelatihan kejuruan dan meningkatkan relevansi pendidikan sehingga lulusan dapat lebih kompetitif
di pasar tenaga kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline