Lihat ke Halaman Asli

Laila cahya

Lailatul Cahya Ningsih

Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Untag Surabaya 2021 di Desa Minggirsari Kabupaten Blitar

Diperbarui: 30 Desember 2021   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Saat Di Bengkel Tani

Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Untag Surabaya tahun 2021 kali ini berada di Desa Minggirsari Kabupaten Blitar. Saya Lailatul Cahya Ningsih Mahasiswa Strata 1 Program Studi Teknik Industri dengan Dosen Pembimbing Lapangan Bapak Hery Murnawan S.T., M.T. Dilaksanakan pada Minggu Ke-4 Bulan November 2021, tepatnya pada hari sabtu-minggu pada tanggal 27-28 November 2021.

Kepala Desa (Berbaju putih), Bapak saiful (berbaju dongker), dan Pak Hery Murnawan S.T., M.T. (Berbaju cream)

Desa Minggirsari merupakan salah satu desa yang berada pada wilayah Kota Blitar. Desa (village) ini berada dibawah naungan pemerintah daerah dan kemendesa. Pengelolaan di kepalai oleh seorang kepala desa. Desa Minggirsari juga terdapat banyak program swadaya, wisata, kemasyarakatan dan acara rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wilayahnya.

Saat ini Desa Minggirsari sedang dalam masa Pembangunan Ekonomi Kreatif Desa berbasis keunggulan lokal. Salah satunya adalah pembangunan di sektor pertanian dengan membentuk sebuah Gerakan Kelompok Tani Mandiri (GAPOKTAN MANDIRI). 70% masyarakat Desa Minggirsari berprofesi sebagai petani. Tujuan lain pembentukan GAPOKTAN yaitu untuk menjadikan petani yang mandiri dan tidak bergantung pada subsidi pupuk kimia yang disediakan pemerintah. Upaya yang dilakukan yaitu membuat nutrisi bagi tumbuhan dan hewan dengan memanfaatkan bahan alami yang ada disekitar dan juga limbah rumah tangga.

foto bersama bersama pak saiful dan Pak Dadang(memakai Topi)

Masalah yang dihadapi oleh para petani di Desa Minggirsari mayoritas banyak yang ingin mendapatkan pupuk instan dari pemerintah. Mereka tidak mau membuat pupuk dari olahan sendiri, bahkan mereka rela membelli pupuk yang harganya  lebih mahal daripada membuat sendiri.  Namun, pupuk bersubsidi dari pemerintah itu hanya berfungsi untuk tanaman saja. Pupuk tersebut mengandung bahan kimia yang dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan tanaman lebih lambat daripada perkembangan tanaman dengan menggunakan bahan organik. Masalah lainnya adalah kurangnya kepercayaan dari petani untuk menggunakan nutrisi dan juga masih malu untuk bertanya lebih banyak mengenai nutrisi tersebut

Dengan itu terciptalah yang lebih dikenal dengan Nutrisi Organik Nabati dan Hewani demi mengurangi dikit demi sedikit ketergantungan Petani dan Peternak dalam penggunaan Pupuk kimia Subsidi.

Berikut adalah bahan yang digunakan untuk membuat Nutrisi Nabati:

  • Tetes tebu (1 liter)
  • Tempe (4kg)
  • Kecambah (1kg)
  • Belimbing (2kg)
  • Bayam (1 ikat)
  • Jagung (1 kg)
  • Kunyit (1 kg)
  • Nanas (1 kg)
  • Pepaya muda (1 kg)
  • Akar Putri Malu (1/2 kg)
  • Rebung (3 kg)
  • Daun Kelor (1 piring)
  • Air cucian beras (30 liter)
  • Krokot (1 piring)
  • Cuka Tahu (30 liter)
  • Air kelapa (30 liter)
  • Lengkuas (1 kg)
  • Pupus daun ubi jalar (1 ikat)
  • Bonggol Pisang
  • Bakteri (1 liter)

Dan berikut Proses pembuatan Nutrisi Nabati:

Proses pembuatan nutrisi berformula nabati yang pertama adalah semua bahan nabati yang bersifat padat di potong-potong terlebih dahulu lalu dihaluskan menggunakan blender dan mesin giling. Setelah itu campur dengan bahan nabati bersifat cair dan cuka, kemudian dimasukan ke dalam drum berukuran 150 liter, diaduk-aduk, dan tutup drum dengan tutupannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline