Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Haris

Sebuah Usaha Mengabadikan Pikiran

Kisahku KKN di Miangas, Pulau Paling Utara Negeri Ini

Diperbarui: 26 Agustus 2020   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudut pantai di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, dengan latar Tanjung Wora yang terlihat dari arah dermaga.(KOMPAS.COM/RONNY ADOLOF BUOL)

Tahun 2015 lalu melalui sebuah program KKN (Kuliah Kerja Nyata), dari Kota Makassar saya pergi ke Pulau Miangas, Sulawesi Utara bersama puluhan kawan-kawan dan seorang dosen sebagai supervisor. Miangas adalah pulau paling utara negeri ini, berbatasan langsung dengan Filipina.

Sejak pertama kali menginjakan kaki di sana, saya sudah dibuat kagum oleh antusias dan keramahan warga Miangas yang menyambut kami datang.

Kapal yang kami tumpangi bersandar di Pelabuhan Miangas pada tengah malam, tetapi tetap saja warga datang berbondong-bondong untuk menyambut kami.

Sebelum beristirahat, kami dihidangkan makanan dan teh hangat oleh ibu-ibu di sana untuk melepas lelah setelah perjalanan jauh menggunakan kapal laut yang memakan waktu hampir 8 hari dari Kota Makassar sampai Pulau Miangas.

Sementara para pemuda membantu kami mengangkat barang-barang bawaan. Tentu saja saya tidak menduga kami akan di sambut seperti ini.

Kami menjalani masa-masa pengabdian di sana dengan sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, sejak hari pertama memulai kegiatan KKN, warga Miangas menunjukkan sebuah keramahan dan penerimaan yang luar biasa. 

Saat itu, Pulau Miangas memiliki jumlah Penduduk sekitar 800 jiwa. Miangas pulau sekaligus kecamatan dan juga desa. Mudahnya seperti ini: Pulau Miangas, Kecamatan Khusus Miangas, Desa Miangas. 

Yah Miangas adalah kecamatan khusus dalam wilayah administratif di Sulawesi Utara. Miangas menjadi khusus karena pulaunya yang kecil dan sangat jauh dari pulau-pulau lainnya. 

Jadi di Pulau Miangas ada camat dan kepala desa. Selain kedua pejabat pemerintahan itu, ada yang namanya 'Mangkubumi'. Semacami ketua adat atau sejenisnya.

Dalam keseharian di sana, hal penting tapi sederhana yang mesti kami lakukan adalah saling menyapa. Misalnya seperti ini, "selamat pagi bapak, selamat siang mama, atau selamat malam kakak". 

Sapaan kami tentu akan dibalas dengan senyum dan ucapan yang sama dari warga. Biasa lebih dari itu, kami akan dipanggil ke rumah mereka untuk singgah makan atau minum teh. Sungguh sebuah fenomena sosial yang sulit ditemukan dalam kehidupan kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline