Aksi memikat Agus Rahardjo saat test and proper test Desember 2015 lalu, berhasil memikat 54 anggota DPR dari Komisi III. Bersama Alexander Marwata, Saut Situmorang, Basaria Panjaitan, Laode Muhammad Syarif, Agus Rahardjo berhasil membuat para anggota Komisi III DPR jatuh hati, terpikat dan terkesan dengan gaya dan style Agus dan kawan-kawan.
Di depan para anggota DPR yang mengujinya, Agus seolah-olah memahami dan mengerti kekhawatiran DPR tentang sepak terjang KPK selama ini yang menjadikan anggota DPR sebagai sasaran utama. Lalu Agus, Marwata, Basaria, Laode dan Saut berubah sikap. Mereka berakting seolah-olah ke depan akan mendukung keinginan DPR untuk merevisi UU KPK. Akting mereka juga terlihat setuju jika DPR menghilangkan senjata utama KPK, yakni wewenang penyadapan. Akting luar biasa.
Agus dan teman-temannya juga secara implisit menyatakan bahwa tidak akan mengganggu DPR lagi, membatasi penyadapan KPK terhadap anggota DPR dan lebih menghormati para anggota DPR itu ke depan bila mereka terpilih. Pokoknya jika Agus, Basaria, Saut, Laode dan Marwata menjadi pimpinan KPK Jilid IV, maka dijamin DPR akan selamat dari gangguan KPK. Kira-kira begitu jebakan batman Agus dan kawan-kawan saat diwawancarai Komisi III. Lalu apa hasilnya?
Luar biasa. Akting mereka berhasil gilang-gemilang. Aksi ‘bersahabat’ Agus dan kawan-kawan dengan DPR membuat anggota komisi III jatuh hati dan terpikat dengan aksi simpati nan menjebakan itu. Agus pun berhasil dipilih oleh anggota DPR dan bahkan keluar sebagai ketua KPK Jilid IV. Agus bersama keempat calon lainnya berhasil menyingkirkan Johan Budi, Busyro yang lebih senior dan sudah berpengalaman di KPK. Rupanya sosok Johan Budi dan Busyro Muqodas yang selama ini garang terhadap DPR, langsung dieliminasi oleh para anggota komisi III DPR itu. Publik pun ragu tentang komposisi pimpinan KPK Jilid IV yang baru karena semuanya wajah baru.
Lalu benarkan bahwa para pimpinan KPK baru itu tidak bertaring dan lebih ‘menghormati’ DPR dan tidak menangkap mereka walaupun korupsi? Ternyata tidak. Misi dan visi Agus Rahardjo yang mendukung DPR dalam merevisi UU KPK adalah hanya bagian dari strategi, bagian dari taktik agar mereka dipilih oleh para anggota komisi III itu. Dan ternyata berhasil. Jebakan Agus dan kawan-kawan berhasil memperdayai para anggota komisi III yang lebay terhadap KPK.
Tentu saja setelah dipilih, Agus dan kawan-kawan mulai beraksi. Sasaran utama mereka justru para anggota DPR yang selama ini disebut-sebut sebagai koruptor sejati. Agus dan kawan-kawan pun paham bahwa negeri ini telah lama dirusak oleh para angota Dewan dengan aneka modus korupsinya masing-masing. Karena itu, sasaran utama meriam pemberantasan korupsi langsung diarahkan kepada para anggota DPR di Senayan. Dan ternyata tembakan pertama pun berhasil. Damayanti, anggota DPR dari PDIP berhasil ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT).
Penangkapan Damayanti sangat bernilai strategis bagi KPK Jilid IV. Sejak dilantik sebagai pimpinan KPK yang baru, Agus dan kawan-kawan berusaha keras agar tangkapan pertama mereka bisa sedikit memulihkan persepsi negatif masyarakat. Mereka ingin agar tangkapan pertama mereka adalah mangsa besar dan menggiurkan. Tentu saja hal itu tidak mudah. KPK dengan nakhoda baru butuh usaha extra keras untuk menemukan mangsa nan menggiurkan itu.
Akhirnya dengan usaha keras, mimpi Agus dan kawan-kawan berhasil. Rabu (13/1 2016), KPK berhasil mencokok Damayanti Wisnu Putranti (DWP) di kompleks Senayan. Damayanti pun menjadi tangkapan pertama nan menggiurkan KPK dari kalangan DPR. Wanita cantik kelahiran 2 November 1970 itu disebut-sebut sebagai pengusaha yang sukses menjadi anggota DPR dari PDIP. Ia terpilih dari pemilihan Jawa Tengah IX yang meliputi Brebes, Tegal dan Slawi pada pemilu tahun 2014 lalu.
Sebetulnya anggota DPR ini sudah diikuti oleh KPK sejak tahun lalu. Gerak-geriknya yang ramah, aktif apalagi dengan wajah cantiknya yang menarik serta tutur katanya yang lembut ternyata hanya sebagai kamuflase untuk mencuri uang rakyat. Bersama Damiyanti juga, pejabat kementerian PU di tangkap di tempat berlainan terkait praktik suap dalam proyek pembangunan jalan di daerah Indonesia timur.
Kesuksesan KPK menangkap Damiyanti bersama keenam orang lain yang ikut terlibat dalam praktik suap itu merupakan unjuk gigi menjanjikan KPK kepada publik. Dengan menangkap anggota DPR yang sekaligus berasal dari partai penguasa PDIP, maka kepercayaan publik kepada KPK dengan pimpinan baru mulai tumbuh. Penangkapan itu juga sebagai warning kepada anggota DPR dan para pejabat lainnya agar tidak bermain-main dengan korupsi.
Ke depan, Agus Rahardjo, dan kawan-kawan akan lebih gencar menghantam Koruptor. Mereka akan membuktikan bahwa mereka lebih hebat dari para pimpinan KPK Jilid 1,2 dan 3 karena mereka langsung dipilih Pansel pilihan Presiden Jokowi. Dengan dukungan penuh Jokowi, maka KPK Jilid IV ini mungkin akan lebih spektakuler kerjanya daripada KPK terdahulu dalam memberantas korupsi di Indonesia. Selamat kepada KPK.