Papan nama 'Taman kota Waduk Pluit' yang ditata dengan rapi (dokpri)
Sabtu (7/11/2015) saya meluangkan waktu berhenti sejenak di Waduk Pluit, Jakarta Utara. Sejak tahun 2003 sampai sekarang, hampir setiap hari saya melewati pinggiran Waduk ini. Namun belum pernah berhenti walau sejenak karena kesibukan saya mengejar waktu. Namun kemarin, saya berhenti untuk mengenang histori Waduk ini sambil mengambil beberapa foto.
Area jogging yang nyaman dibangun di Taman Waduk Pluit untuk warga dari mana saja (dokpri)
Bagi saya yang setiap hari melewati pinggiran Waduk Pluit selama kurang lebih 12 tahun, waduk itu penuh dengan nostalagia. Bayangan waduk Pluit sebelum dibenahi pada zaman Sutiyoso dan Fauzi Bowo masih terekam jelas di benak saya. Bertahun-tahun saya menyaksikan bantaran Waduk Pluit yang kotor penuh sampah, ditumbuhi encek gondok dengan hiasan rumah warga yang sangat kumuh di bantarannya. Waktu itu saya memprediksi bahwa Waduk Pluit akan berubah menjadi area perumahan.
Waduk Pluit sebelum ditata, penuh dengan encek gondok dan lautan sampah (photo antaranews)
Permukaan waduk Pluit (7/11/2015) yang bersih, jernih dan berkilau dihiasi awan mendung di atas Jakarta (dokpri)
Di sisi barat waduk ini, semak-semak belukar tumbuh dengan liar dengan hiasan alat-alat berat, truk, mobil tua yang diparkir liar. Jika saya melihat jauh ke tengah waduk, tak tampak air karena ditutupi encek gondok bercampur dengan gundukan sampah. Tiap tahun Waduk Pluit semakin hari-semakin sempit karena diserbu oleh rumah warga yang baru dibangun, aliran lumpur yang tersendat dan sampah yang berserakan di sana-sini. Ketika hujan lebat, Waduk Pluit cepat sekali penuh yang membuat Pluit beberapa kali dilanda banjir besar setinggi dua meter.
Penataan taman Waduk Pluit yang berkelas (dokpri)
Pemandangan rumah warga di bantaran Waduk Pluit sangat kontras dengan perumahan mewah warga Pluit di sisi barat waduk ini. Di sisi baratnya ada tiga mall bergengsi berdiri, mall Emporium, Pluit Village dan Bay Walk. Beberapa rumah sakit ternama seperti rumah sakit Pluit, Atmajaya, Ibu dan Anak dan sejumlah apartemen mewah berdiri di sana. Maka keberadaan waduk Pluit yang serba kotor dengan perumahan warga miskin di bantarannya adalah gambaran pembangunan Jakarta yang timpang.
Desain taman berkelas dunia menambah indah Waduk Pluit (dokpri)
Ketika Gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Jokowi dan wakilnya Ahok, mulailah reklamasi waduk Pluit secara besar-besaran. Pada awal-awal penggusuran, tiap hari saya menyaksikan perseturuan di sana. Masih terlintas di benak saya bagaimana warga memberi perlawanan, bagaimana polisi, Satpol PP dan tentara bertindak tegas mengawal penggusuran rumah warga yang tidak mau direlokasi. Saya masih ingat bagaimana Ahok melontarkan kata ‘komunis’ kepada warga yang meminta uang ganti bangunan. Saya tersenyum kecut bila mengingat kembali bagaimana Ahok berseteru dengan Komnas HAM yang membela warga di bantaran Waduk Pluit.