Lihat ke Halaman Asli

Asaaro Lahagu

TERVERIFIKASI

Pemerhati Isu

Rencana Besar Rizal Ramli dalam Kabinet Jokowi dan Perebutan Capres 2019

Diperbarui: 5 November 2015   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Publik bertanya-tanya, mengapa Rizal Ramli yang baru sehari menjabat Menteri pada pertengahan Agustus lalu, sudah berani menyerang Menteri BUMN Rini Soemarni dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said? Lalu baru seminggu kemudian, Rizal lagi-lagi menyerang Wapres Jusuf Kalla? Apa tujuan Rizal Ramli yang merapat kepada PDIP? Mengapa Rizal getol menyerang pimpinan BUMN, Pelindo II dan PLN? Lalu alasan apa Jokowi memasukkan Rizal Ramli ke dalam kabinetnya?

Jawaban atas pertanyaan di atas, mungkin terdapat dalam diri Rizal Ramli itu sendiri. Rizal adalah sosok petarung, nekat, berani, suka fight, kritis, pekerja keras dan mengerti persoalan pemerintahan. Di samping itu, Rizal adalah eksekutor lapangan, suka tantangan dan mampu mengatasi persoalan dengan cepat. Itu sudah dibuktikannya saat menjadi menteri di kabinet Gusdur-Megawati sebelumnya.

Saat etos kerja kabinet Jokowi linglung alias buruk, maka sosok seperti Rizal amat dibutuhkan. Jokowi membutuhkan Rizal untuk menghidupkan ekonomi kerakyatan dan sektor riil. Di samping itu, Jokowi membutuhkan Rizal sebagi menteri penyeimbang atas menteri-menteri yang lain semacam Rini, Sudirman yang terlalu pro-pasar. Jokowi juga telah memperhitungkan potensi kritik dan gaduh Rizal di dalam kabinetnya. Namun bagi Jokowi, selagi itu masih sebatas kritik dan bukan otot, sah-sah saja di zaman demokrasi ini.  Maka dengan kalkulasi tujuan di atas, Jokowi pun merekrut Rizal bukan hanya sebagai menteri biasa tetapi sebagai Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya.

Awalnya sosok keradaan Rizal dalam tim kabinet Jokowi mengguncang pasar dan membuat gaduh kabinet. Namun setelah dua bulan berlalu, ekonomi Indonesia sekarang per 5 November 2015, mulai menampakkan hasil yang menggembirakan. Sekurang-kurangnya ada tiga indikator perbaikan ekonomi yang terlihat. Pertama, nilai tukar rupiah per dollar As pada 4 November 2015 stabil di kisaran Rp 13.500. Angka ini relatif baik dibandikan dua bulan sebelumnya yang berada di atas Rp 14 ribu per dollar As. Kedua, penyaluran kredit per September 2015 tumbuh 10,9 persen ketimbang sebelumnya 10,8 persen (data teranyar Bank Indonesia). Ketiga, angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini diprediksi berada pada level 4,85 persen naik dibanding pada kuartal kedua dari level 4.67 persen.

Seiring dengan perbaikan ekonomi yang disertai dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan paket ekonomi, Rizal terus bersuara lantang di media massa untuk menyerang menteri lain atau pimpinan BUMN. Lalu apa sebenarnya rencana besar Rizal dengan manufer-manufer kontroversialnya tersebut? Apa sesungguhnya yang sedang dibangun Rizal?

Bila ditilik ke belakang, ternyata Rizal sesungguhnya sedang membangun citra sebagai jagoan penyelamat bangsa karena mau maju dalam Pilpres mendatang. Rizal Ramli diketahui sebelumnya pernah berkampanye menjadi presiden RI 2014-2019 tapi gagal total karena tidak ada Parpol yang meminangnya. Berbagai poster Rizal Ramli for President 2014-2019 bahkan sempat beredar di jalanan dan menghebohkan media sosial.

Sekarang popularitas Rizal Ramli semakin meroket pasca  serangan terbukanya terhadap wakil presiden Jusuf Kalla, sesama menteri, dan pimpinan BUMN. Survei yang dilakukan oleh CSIS memperingati satu tahun pemerintahan Jokowi-JK, menempatkan Rizal Ramli sebagai Menko terpopuler.  Ada 63,1% dari responden survei CSIS menyatakan puas pada kinerja Rizal Ramli. Demikian survei yang diadakan Indobarometer, menempatkan Rizal sebagai menteri baru terpopuler 37,3 persen, jauh mengungguli menteri lain.

Faktor utama dari melesatnya popularitas Rizal Ramli, menurut survei tersebut, adalah karena kegigihannya mengkritisi kebijakan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa serangan balik oleh mereka yang menjadi sasaran tembak Rizal Ramli tampaknya tak efektif. Masyarakat bahkan seolah tak perduli pada bantahan yang telah dilontarkan oleh orang-orang penting seperti Jusuf Kalla, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said, Dirut PLN Sofyan Basir, dan Dirut Pelindo II R.J. Lino.

Jika Rizal Ramli tetap di kabinet dan tidak ikut di-reshuffle serta Presiden Jokowi membiarkan sikapnya yang sensasional dan kontroversial, bukan tidak mungkin Rizal Ramli  menjadi saingan berat  Jokowi dalam Pilpres 2019. Apalagi bila popularitas Jokowi terus merosot, sementara lobi Rizal Ramli ke Megawati sukses besar, maka jalan Rizal menuju RI satu pada tahun 2019 mendatang, semakin lancar.

Sementara itu, Jokowi tentu saja dipusingkan oleh tekanan dari PDIP agar menggusur menteri BUMN Rini Soemarno, yang tampaknya sudah tidak bersahabat lagi dengan Megawati. Demikian juga keberadaan Menkopolhukam  Luhut yang sudah lama menjadi rekan bisnis pribadi sang presiden, menjadi beban tersendir. PDIP sebagai partai  yang menugaskan  Jokowi menjadi presiden dengan kata lain sebagai ‘petugas partai’ ini sudah merasa tak perlu lagi malu-malu untuk melakukan intervensi terhadap pemerintah.

Bagaimana Jokowi akan mengatasi semua itu?  Hal itu tampaknya bakal makin terang setelah perombakan kabinet jilid 2 yang akan digelar pada pekan depan. Yang jelas rencana besar Rizal Ramli dalam kabinet Jokowi adalah mau menjadi Presiden RI pada pemilu Presiden 2019 mendatang menggantikan Jokowi. Itulah mengapa Rizal terus bersuara lantang karena ia sedang membangun citra. Dengan kata lain jurus Rajawali Rizal Ramli itu pelan-pelan mengepret Jokowi itu sendiri. Itulah realita politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline