Lihat ke Halaman Asli

Asaaro Lahagu

TERVERIFIKASI

Pemerhati Isu

Tuhan Banyuwangi, Saiton Palembang, Orang Beragama dan Mitos Ketuhanan

Diperbarui: 28 Agustus 2015   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama Tuhan dari Banyuwangi dan Saiton dari Palembang mendadak tenar. Kedua nama ini menghebohkan netizen Indonesia dalam hari-hari terakhir ini. Pemakaian nama Tuhan oleh Tuhan dari Banyuwangi itu tidak lazim dan hal aneh dalam masyarakat. Nama Tuhan adalah nama yang terlalu agung, mulia dan ilahi dalam kehidupan beragama di Indonesia. Demikian juga nama Saiton atau ‘Syaitan’ adalah hal yang buruk, jahat, seburuk dan sejahat namanya.

Sekian ratus tahun bahkan mungkin ribuan tahun, nama Tuhan sudah dipakai di Indonesia. Nama itu melekat dalam doa, Kitab Suci, buku-buku rohani, buku doa, acara-acara ibadat, perayaan keagamaan. Nama Tuhan adalah nama yang ribuan, ratusan ribu bahkan jutaan kali disebut oleh orang yang beragama di Indonesia setiap hari. Keilahian, kemahakuasaan, keagungan, kemuliaan, ketakterbatas dan kebesaran melebihi manusia manapun melekat pada nama Tuhan setiap kali disebut.

Setiap orang beragama menyebut nama Tuhan, maka segenap jiwa dan diri manusia memandang Tuhan yang ilahi, Tuhan Pencipta, Tuhan Pengatur waktu, Tuhan yang empunya jagat raya. Sedangkan manusia yang menyebut nama Tuhan, menunjukkan kekecilan, keterbatasan, ciptaan, pendosa, tidak abadi, fana, dan hidup sementara. Maka ketika ada manusia lain memakai nama Tuhan, maka orang beragama tadi, orang yang percaya akan keilahian Tuhan menjadi kaget, heboh, terkejut, tak percaya dan sinis kepada orang yang bersangkutan.

Pun demikian halnya nama Saiton (ejaan aslinya) atau Syaitan adalah nama yang teramat buruk, jahat, penuh dengan dunia kegelapan, pencabut nyawa dan pendosa maha berat. Saiton adalah nama yang identik dengan perilaku jahat, buruk, tak manusiawi, pendosa, pembunuh, penggoda dan penghancur kehidupan. Dalam doa setiap orang beragama, nama Syaitan, adalah nama yang dibenci, kambing hitam dan lawan Tuhan yang selalu menjerumuskan manusia ke dalam kejahatan, dosa dan maut. Maka ketika ada manusia yang memakai nama syaitan, orang beragama menganggap itu sebagai sesuatu yang aneh, gila, buruk dan menakutkan.

Tingkah orang beragama memang kadang-kadang aneh. Ada orang yang memakai nama Muhammad, malaikat (angel), santo-santa, dewa-dewi atau nama suci lainnya namun tingkah laku dan sifatnya tidak seperti nama-nama itu. Namun di dunia beragama ada banyak orang memakai nama sembarangan seperti batu, kursi, mangkok, besi, gajah, gelas dan seterusnya namun kelakuannya tidaklah seperti benda-benda itu. Kelakukannya tetap baik seperti manusia yang wajar bahkan lebih baik dari nama yang memakai nama-nama suci.

Nama Tuhan adalah ciptaan manusia yang beragama di suatu wilayah tertentu dan di daerah tertentu. Nama ‘God’ pemberian orang Inggris dan ‘Deus’, pemberian orang Romawi yang artinya Tuhan dan ribuan nama lain adalah ciptaan bagi orang beragama yang percaya akan kekuatan transenden. Apakah yang transenden, Sang Ada, Pencipta, Awal dan Omega itu terikat pada nama yang dilekatkan pada namanya? Jelas tidak. Setiap doa dalam bahasa manapun dana nama Sang Ada dalam bahasa manapun tetap didengar oleh Sang Ada itu.

Orang beragama sah-sah saja mengklaim bahwa nama Tuhan itu khusus bagi yang ilahi, Sang Pencipta, inklusif dan tak boleh sembarangan dipakai oleh manusia. Namun yang ilahi itu sendiri tak peduli akan namanya dipakai oleh banyak manusia. Sang Pencipta sendiri tidak berbentuk. Ia merupakah Roh yang tak terbatas, tak terpikirkan, kekal, Pencipta dan ada dari awalnya. Ia tidak butuh nama, yang butuh adalah manusia. Jikalau Sang Ada, Pencipta itu membutuhkan nama, maka ia terbatas, ia lemah yang juga butuh nama. Namun karena ia adalah tak terbatas, ia tidak butuh sebuah nama.

Demikian juga nama Syaitan tidak serta-merta nama itu menjahatkan, menggilakan, memburukkan nama orang yang memakainya. Sekali lagi ia adalah hanya sebuah nama ciptaan manusia. Si manusia yang menggunakan nama Syaitan itu bisa bersifat baik dan malah lebih baik dari nama yang memakai nama Tuhan. Sebaliknya orang yang memakai nama Tuhan juga tidak serta-merta baik, saleh dan suci. Jadi sah-sah saja nama Tuhan dan Syaitan dipakai oleh siapapun. Tidak ada yang perlu diperdebatkan di situ apalagi kepada yang bersangkutan diharuskan ganti nama. Kalau memang nama Tuhan dan Syaitan yang mereka pakai cocok dengan mereka maka biarkan mereka menggunakan nama itu sampai akhir hayatnya.

Tuhan dan Banyuwangi dan Saiton dari Palembang yang akan bertemu di Jakarta akan diburu oleh televisi dan media online. Hal-hal yang unik, aneh, ajaib dan serba wah memang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia. Tentu saja demi mengejar rating dan klik pembaca media televisi dan online berlomba-lomba meliput dan memburu sosok yang memakai nama Tuhan dan Saiton itu. Selamat menikmati ketenaran kepada Tuhan dari Banyuwangi dan Saiton dari Palembang.

Asaaro Lahagu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline