Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta dua periode dan sekarang Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), mengibaratkan kota Jakarta sebagai belantara yang isinya binatang buas semua (Kompas.com 17/7). Jakarta menurut Sutiyoso adalah kota yang sarat dengan permasalahan yang menantang dan kompleks. Mengapa Sutiyoso menjuluki kota Jakarta sebagai kota binatang buas? Berikut alasan-alasannya yang dicermati penulis.
Pertama, Jakarta adalah salah satu kota yang tidak aman di dunia, penuh dengan tindak kejahatan. Terbatasnya lapangan pekerjaan dan minimnya ide usaha membuat tingkat kriminalitas di Jakarta makin bertambah. Bila anda naik bus anda harus selalu waspada. Penumpang bus sering diminta uang oleh pengamen dengan cara menakut-nakuti. Bila anda naik taksi, anda juga harus waspada. Tak jarang taksi menjadi alat untuk merampok dan memeras penumpang. Jika anda naik mobil pribadi, maka bila anda mutar balik, anda akan diteror oleh polisi cepek.
Kedua, Jakarta adalah kota termacet di dunia disusul oleh Istanbul, Turki, Mexico City dan St Petersburg, Rusia. Masalah kemacetan tidak pernah bisa diatasi dan justru bertambah parah dari tahun ke tahun. Penyebabnya mulai dari angkutan umum yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Di Jakarta sudah terlalu banyak mobil dan motor pribadi sementara ruas jalan tidak bertambah malah semakin berkurang akibat kendaraan yang parkir di tepi jalan, lapak pedagang kaki lima, angkot ngetem sembarangan, galian PLN, PAM, kabel telepon atau perbaikan jalan yang tidak pernah selesai.
Ketiga, Jakarta adalah kota yang lalulintasnya sangat berbahaya. Pengendara mobil dan motor sama-sama tak mau mengalah. Sama-sama keras kepala. Aturan lalu lintas sering dilanggar hingga berpotensi mencelakai diri sendiri dan orang lain. Di jalan Jakarta, orang yang mengikuti aturan lalu lintas yang benar malah dianggap salah atau terlihat aneh. Hak pejalan kaki dan penyeberang jalan juga terampas oleh pengendara yang tidak (mau) tahu aturan. Maka di Jakarta berlaku motto: “Siapa kuat, berani, dan tidak taku mati, dialah yang merajai jalan”.
Keempat, Jakarta adalah surga bagi para pembuang sampah. Berbeda dengan Singapura yang sangat bersih, Jakarta adalah kota dengan pemandangan sampah yang bertebaran di mana-mana. Jangan heran saat anda melaju di jalan raya, tiba-tiba ada orang yang membuka jendela mobilnya dan membuang sampah di tengah jalan. Di Jakarta, kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya masih sangat kurang. Sungai-sungai dan parit serta got di Jakarta sebagai tempat favorit untuk membuat sampah.
Kelima, Jakarta adalah kota banjir. Bila di musim kemarau anda melihat sungai berwarna hitam dan berbau, maka pada musim hujan, sungai berubah menjadi lautan banjir. Sungai sudah seperti tempat sampah besar untuk penduduk di pinggiran sungai. Jika kemudian datang musim hujan dan terjadi banjir, biasanya penduduknya sangat pintar untuk saling menyalahkan dan menganggap pemerintah daerah tidak becus menangani banjir.
Keenam, Jakarta adalah salah kota tercemar di dunia karena polusi. Kendaraan bermotor pribadi dan angkutan umum yang sudah tidak layak atau mengeluarkan asap hitam masih banyak beredar di jalan raya. Polusi terjadi bukan hanya dari pembakaran mesin kendaraan saja, tetapi juga dari pabrik-pabrik dan masyarakat yang gemar membakar sampah.
Ketujuh, Jakarta adalah kota pengemis dan pengamen. Para pengemis menambah kumuh pemandangan kota Jakarta. Saat ini pengemis sudah menjadi profesi, bukan dilakukan karena tidak mampu (terlalu miskin). Pengemis sudah terorganisir dan menjadi pilihan profesi bagi manusia malas dengan penghasilan melebihi karyawan kantor. Pengemis terselubung seperti pengamen juga meresahkan. Mereka sering marah-marah apabila tidak mendapatkan uang dari orang-orang setelah mereka bernyanyi.
Kedelapan, Jakarta adalah kota yang sulit antri. Penduduk Jakarta sulit antri dan harus diedukasi agar tidak bersikap egois dan belajar tertib. Sikap tidak mau mengantri bisa dilihat dari cara naik dan turun dari kendaraan (bus atau kereta) yang selalu berebutan dan saling dorong, akibatnya kaki jadi terinjak-injak, terhimpit, hingga terjatuh. Belum lagi ada yang berebutan sembako, berebutan daging kurban, dan berebutan tiket mudik.
Kesembilan, Jakarta adalah surga bagi perokok sembarangan. Meski sudah ada aturan merokok bagi penduduk Jakarta, sampai saat ini belum ada yang benar-benar dilaksanakan. Perokok masih bisa bebas merokok di mana saja mereka mau. Bahkan, mereka tidak peduli merokok di dekat ibu hamil atau anak-anak. Tempat khusus untuk merokok tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Para perokok yang masuk ke dalam bilik merokok kebanyakan tidak menutup pintu dengan sempurna hingga asap rokok masih bisa keluar sampai ke tempat duduk orang lain.
Kesepuluh, Jakarta adalah kota jam karet. Jam karet sudah menjadi ciri khas orang Jakarta sama dengan ciri khas orang Indonesia. Di setiap tempat, anda akan menemui jam karet mulai dari pelayanan umum seperti jam buka kantor pemerintah, jadwal penerbangan, jadwal bus dan sebagainya. Anda harus memiliki kesabaran extra untuk menunggu.