Kehebohan beras plastik hanya ramai di Indonesia namun tidak di negeri Tiongkok, Thailand dan Vietnam sebagai negara penghasil beras di Asia. Kehebohan beras plastik itu terkesan dibesar-besarkan terutama oleh media. Masyarakat umum yang tidak tahu menahu, merasa sangat khawatir dan takut bila mereka tanpa sengaja mengkonsumsi beras plastik itu. Apa sesungguhnya yang terjadi di balik kehebohan beras plastik itu? Mari kita analisis lebih cermat.
Skenario membuat berita heboh bisnis beras di mulai dengan adanya video di Youtube. Dalam video itu tampak seorang pekerja pria tengah memilih limbah-limbah plastik yang akan dijadikan sebagai bahan baku campuran beras. Selanjutnya limbah plastik itu dileburkan dalam sebuah mesin hingga berbentuk cairan. Setelah diubah bentuk, maka plastik ini kemudian dicetak menjadi seperti benang. Tak berapa lama kemudian, plastik berbentuk benang itu diarahkan ke mesin pemotongan lain agar bisa dibentuk menjadi beras. Tetapi kalau diamati lebih teliti nampak bahwa video itu tidak lain memperlihatkan cara membuat biji plastik dan bukan beras plastik. Video itu sama sekali tidak bisa dipercayai.
Kehebohan beras plastik sebetulnya sangat aneh dan penuh tanda tanya. Kasus beras plastik ini semakin aneh bila dilihat dari sisi ekonomi. Mencampur atau mengoplos plastik ke dalam beras sama sekali tidak memberikan keuntungan. Alasannya harga bijih plastik lebih mahal tiga kali lipat dari harga beras itu sendiri. belum lagi harga kentang Rp. 12.000/kg. Sedangkan berdasarkan temuan di Kota Bekasi, harga beras yang diduga mengandung plastic tersebut hanya dijual dengan harga Rp. 8.000 per liter. Harga ini jelas tidak sebanding dengan harga biji plastik yang rata-rata Rp. 21.000 per kg. Jadi adalah hal yang aneh jika mengoblos beras plastik dengan beras.
Isu bahwa beras plasti dibuat di Cina juga penuh tanda tanya. China adalah negara produsen beras terbesar di dunia. Cina juga telah menjadi pengekspor beras terbesar di dunia. Secara logika, apakah masuk akal kalau Cina mencoba memalsukan beras itu sendiri? Bukankah ide itu membuat ekspor beras Cina menjadi hancur? Memang Cina selama ini dikenal sebagai negara pemalsu barang-barang elektronik, otomotif, pakaian dan segala macam barang perhiasan. Namun tidak dengan beras. Beras plastik sama sekali tidak menguntungkan bila dicampur dengan beras asli.
Lalu mengapa ada isu beras plastik dan membuat heboh jagat media? Ini jelas ada hubungannya dengan perang bisnis impor beras. Saat ini Indonesia sedang mau panen raya dan sebentar lagi Indonesia menghadapi puasa, lalu lebaran. Ada pihak-pihak yang sama sekali tidak mau beras Cina masuk. Dengan demikian beras lokal yang sudah banyak ditimbun oleh mafia beras akan naik luar biasa saat puasa dan lebaran. Dengan demikian keuntungan besar akan segera dikantongi oleh mafia beras yang sudah siap-siap melepas beras di pasaran dengan harga tinggi. Sekarang Indonesia lagi panen. Namun aneh, harga beras tetap tinggi. Ini berarti para mafia beras lagi menimbun beras dari petani. Pasokan beras di pasaran dibuat seolah-olah berkurang. Ini trik para mafia beras agar beras tetap tinggi dan terus tinggi. Trik lainnya adalah membuat skenario film singkat di Youtube dengan tujuan agar pemerintah tidak memberi ijin impor beras dari Cina. Celakanya media juga ikut membesar-besarkan isu ini hingga sedemikian heboh hingga hari ini.
Lalu apa tujuan trik cerdik isu beras plastik itu? Menurut penulis ini pesan jelas bagi pemerintah Jokowi agar tidak mengimpor beras dari Cina, Vietnam dan Thaliland. Dengan demikian pemerintah tidak akan mengeluarkan ijin bagi importir beras. Jika demikian pemerintah akan terpaksa membiarkan rakyat membeli beras dengan harga tinggi saat lebaran nantinya karena stok yang mungkin menipis.
Isu heboh beras plastik ini juga membuat beberapa pihak berhasil meraih keuntungan. Youtube ramai dikunjungi, pakar-pakar giji kebanjiran order wawancara di televisi tentang baya beras plastik. Laboratorium menjadi ramai dan laku menguji beras-beras di pasaran. Selain itu pihak yang meraih keuntungan adalah media-media online yang dikunjungi lebih ramai dan dengan demikian iklan mereka menjadi laris dilihat. Dan tentu saja yang paling menguntungkan dengan adanya isu beras plastik ini adalah para mafia beras di tanah air.
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H