Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Lagi Nulis

Komunitas menulis

Suara di Bawah Rintikan Hujan

Diperbarui: 2 April 2021   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: Freepik.com

Oleh: Arsy Aziza

Alarm yang kupasang masih menyediakan waktu tiga puluh menit lagi menuju pukul tiga. Aku terduduk sebentar sambil mengucek-ngucek kedua mataku.

Dinginnya udara tidak mengurungkan niatku untuk mengambil wudu dan melakukan salat tahajud seperti hari-hari biasanya.

Selepas salat subuh sekitar pukul enam aku turun ke lantai bawah. Aku melihat banyak makanan di atas meja, ada roti isi berbagai selai dengan empat gelas susu, punyaku berwarna coklat.

Pagi ini aku tak ikut untuk sarapan pagi. Pagi ini aku harus sampai paling awal di kampus untuk menemui dosen yang telah acc kemarin sore.

"Salwa berangkat," pamitku sambil mencium tangan Ummi dan Abi.

"Ngak sarapan dulu sayang?" suguh Ummi.

"Ngak keburu, Mi. Assalamualaikum."

Setelah berjalan ke luar kompleks, aku segera menuju halte terdekat. Aku berdiri dengan seorang pria berbaju kemeja yang setengah lengannya dilipat sampai siku, aku tidak mengenalinya. Beberapa bus yang lewat selalu penuh penumpang. Tentu saja, sekarang hari jumat dan jam berangkat kerja. Saat bus sekian datang aku malah tidak kebagian tempat duduk, terpaksa berdiri? Iya, tentu saja. Aku harus sampai kampus tepat pukul delapan pagi. Jaraknya cukup jauh karena harus melewati perbatasan kota.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline