Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Lagi Nulis

Komunitas menulis

Baik dan Buruknya Sebuah "Kalimat"

Diperbarui: 16 April 2020   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kalimat itu terkadang rancu jika dikaitkan dengan banyak orang yang tidak mengerti maksudnya. Atau mungkin orang yang melontarkan kata tersebut tidak bisa menggunakan kata yang dipahami banyak orang sehingga terlihat rancu oleh kebanyakan. Kita hidup dimana kalimat bisa memanipulasi kebenaran dan kebohongan. Kalimat juga yang bisa menjatuhkan seseorang atau mengangkat seseorang.

Kalimat kadang dikaitkan dengan harga diri, sebab kalimat bisa menunjukkan siapa dirimu. Kalimat juga bisa menjadi senjata yang paling tajam, karena kalimat yang bisa melukai perasaan. Emosi gampang meledak dengan sebuah kalimat, emosi juga gampang diredakan karena sebuah kalimat.

Ketika kita kehilangan tujuan, kalimat juga yang bisa menunjukkan arahnya. Ketika kita dihadapkan masalah, kalimat juga yang bisa memberi solusi. 

Ditengah globalisasi ini, kalimat tersebar di social media. Banyak orang yang dikagumi bahkan menghasilkan uang karena kekaguman banyak orang, namun kalimatnya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Banyak sekali sang pembuat kalimat namun kekurangan informasi.

Kalimat itu kekuatan bagi mereka yang sedang dilanda kegalauan, keresahan, kekurangan, dan segala kalimat yang menunjukkan kesedihan. 

Banyak inspirasi yang tersebar di kalimat-kalimat sang pejuang kehidupan, yang bisa mengeluarkan kalimat berharga karena pengalaman hidup yang berharga. 

Di sisi lain juga, banyak yang menjual kalimat demi eksistensi diri tanpa adanya visi dalam diri. Hanya menjadi kalimat sampah. Kalimat bisa menunjukkan isi dirimu, dan pergaulan dirimu. Namun sayang, zaman sekarang mengeluarkan kalimat sampah itu justru dianggap keren. Tidak ada batasan antara orang yang berpendidikan atau tidak, semua sama.

Sungguh luar biasa, jika ada diantara kita yang mampu menjaga kalimatnya. Berpikir sebelum berbicara, seharusnya diajarkan kepada anak muda. Jika anak muda sudah bobrok, kedepannya bangsa kita akan bagaimana.

Kalimat itu hal yang mudah dilakukan, tidak mungkin kita satu hari tidak mengeluarkan kalimat. Anak muda mengeluarkan kalimat sampah, bagaimana pemimpinnya yang suka mengeluarkan kalimat-kalimat janji, demi sebuah jabatan yang membuat harga dirinya menjadi terpandang, dihormati orang, tapi kalimatnya hanya menunjukkan betapa kotornya dirinya. 

Kita mudah mengomentari orang karena kesenangan pribadi, karena ketidakmau-an orang lain mengalahkan kita. Akhirnya segala cara dilakukan demi rasa sakit itu. 

Yang paling mudah itu dengan membuat kalimat kebencian, seolah-olah kita adalah orang yang dipenuhi dengan kebencian. Wajar jika pada akhirnya, kita yang ditatap sinis oleh orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline