Di tengah sibuknya aktivitas kampus, kami sudah izin untuk mengikuti sebuah perlombaan yang diadakan di Bandung. Tidak pernah terpikirkan oleh kami, bias tidur disebuah apartemen yang bisa dibilang mewah bagi mahasiswa yang tidak pernah keluar dari zona kampus. Bapak sopir yang mengantarkan kami langsung pergi begitu saja setelah sampai di tempat penginapan.
"Kita nanya kemana?" tanyaku pada kedua temanku.
Tidak ada yang menjawab seorangpun. Mereka sama-sama bingung. Dua orang satpam menunggu dipintu masuk kiri dan kanan apartemen. Aku mengajak kedua temanku kesalah satu satpam di sana.
"Permisi pak, mau tanya. Kami menginap di penginapan ini, tetapi kami tidak tahu harus mengonfirmasi untuk mengambil kunci kemana?" tanyaku dan Mia.
Satpam yang berperawakan gagah dengan usia bias dibilang muda itu, mengambil selembar kertas yang kami bawa sebagai tanda bukti. "Tunggu sebentar." Titahnya.
Sambil menunggu, kami meregangkan otot-otot yang kaku di salah satu balkon. Seorang satpam yang memegang alat komunikasi menatap kami, sepertinya dia menyebutkan ciri-ciri kami. Terdengar dibeberapa kalimatnya menyebutkan tiga orang, perempaun, dan sisanya entah apa yang dia bicarakan dengan orang yang berada diujung telepon sana. Aroma tanah basah dengan suhu dingin ditambah awan mendung memberikan suasana semakin asing, rasanya ingin pulang saja. Begitu lama kami menunggu, sampai-sampai gemercik hujan turun kembali.
Entah dating darimana, seorang wanita dengan rambut yang diikat kuda menghampiri kami dengan membawa sebuah kertas yang tadi kami berikan pada satpam. "Mba, bias pinjam KTP nya? untuk difoto saja."
Aku yang masih bingung, mengambil KTP dan memberikan kepadanya. Wanita tersebut memberikan kunci kamar kepada kami. 10E 43. Lina yang memegang kunci tersebut hanya membolak-balikkannya. "Yuk, ikut dengan saya." Ajak wanita tersebut. Selama di dalam lift, tidak ada perbincangan sedikitpun. Pintu lift terbuka di lantai 6. Wanita tersebut keluar begitu saja, "Kalian turun di lantai 10, belok kiri, lurus aja, udah sampai." Wajah polos kami hanya mengangguk dan lupa meminta kontak atau sekedar menanyakan namanya.
000
Ting...
Pintu lift terbuka, kami segera keluar dan mengikuti arahan wanita tersebut. Tanpa sengaja aku melihat kearah kiri dan di ujung lorong terdapat lampu yang hidup-mati terus menerus. Aku hanya bungkam, membantu Mia dan Lina mencari kamar. Kamar yang dituju, tidak sesuai arahan wanita tersebut. Ketika semuanya berbalik, langkah kami terjeda.