Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Lagi Nulis

Komunitas menulis

"Leadership" ala Nabi Muhammad SAW

Diperbarui: 25 Juni 2021   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Leadership" ala Nabi Muhammad SAW | archive.li

 Oleh : Muhammad Ghifari

"My choice of Muhammad to lead the list of the world's most influential persons may surprise some readers and may be questioned by other's but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secularlevels."(Michael H. Hart  The 100 A Rangking of The Most Influential Persons In History, (A Citadel Press Book, 1992), hlm. 3)

Demikian pernyataan Michael H. Hart yang memilih bahwa nabi Muhammad SAW layak dijadikan sebagai tokoh nomor satu dari 100 tokoh paling berpegaruh di dunia. Serta menjadi satu-satunya tokoh dalam sejarah yang amat berhasil dalam mengatur urusan keagamaan dan keduniaan (successful on both the religious and secular levels). 

Baca juga: Menjadi Milenial yang Cerdas dan Berjiwa Leadership

Oleh karena itu, tidak dapat diragukan kembali bahwa menjadikan sifat nabi Muhammad SAW sebagai indikator pemimpin ideal adalah langkah yang tepat karena pada dirinya terdapat eksistensi universalitas sifat sebagai suri tauladan bagi umat manusia.  

Gaya kepemimpinan (leadership) nabi Muhammad SAW sebagaimana diketahui ada empat yaitu Shiddq (benar), Tablgh (Penyampain), Amnah (dapat dipercaya) dan Fathnah (cerdas dan bijak sana). Sifat-sifat tersebut dapat kita kembangkan sesuai konteks milenial.

Pertama, Shiddq (benar). Kata "Shiddq" menunjukan arti benar dan kejujuran. Dalam hal kebenaran seorang pemimpin harus menujukan sikap yang benar, adil dan subjektif terhadap segala problematika yang terjadi. 

Di samping itu, sikap jujur harus dimiliki oleh setiap pemimpin karena tidak ada keharmonasisan sebuah organisasi apapun tanpa adanya kejujuran.  

Baca juga: Paradigma Leadership dan Karakter Kepemimpinan dalam Islam

Kedua, Tablgh (Penyampain). Kata "Penyampain" ini, menunjukan sebuah heharusan bagi seorang pemimpin untuk berkomunikasi serta menjalin hubungan yang baik dengan generasi milenial atau generasi Z agar dapat mengetahui segala probelamatikanya serta pemimpim dapat mendengarkan apresiasinya karena telah menjalin komunikasi yang baik.

Ketiga, Amnah (dapat dipercaya). Pemimpin bagi generasi milenial itu harus dapat dipercaya otoritasnya baik dalam segi akhlaknya juga wibawanya. Tidak hanya semata-mata janji belaka, namun harus dibuktikan secara empiris.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline