Lihat ke Halaman Asli

Ibu dan Kerinduanku

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin bertiup, perlahan kemudian menjadi kencang

Langit bercahaya, disertai suara gemuruh

Orang-orang berlalu lalang dengan tergesa-gesa

Tapi lihat, ada sesosok yang tak bergeming

Di bawah tegakan akasia

Menanti sosok yang tak pasti kapan akan tiba

Lalu, titik-titik hujan mulai turun

Genangan-genangan air di tepi jalan mengalir

Mengalir, melewati celah-celah jemari kakinya yang renta

Bisa ku rasakan, dingin yang menusuk hingga ke tulangnya

Sedang menunggu siapa gerangan?

Hingga ia begitu setia, tanpa ada raut kesal sedikipun di wajahnya

Waktu terus bergulir, dan membawaku pada sebuah jawaban

Langkah-langkah kecil perlahan mendekat

Mendekat, kemudian mendekap sosok ini

Ibu...

Sungguh, aku rindu saat-saat itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline