Mahasiswa, sebagai agent of change mempunyai sebuah tanggung jawab besar terhadap perubahan bangsa ini. Lebih dari sekedar menjadi seorang peneliti, mahasiswa harus mampu memberikan kontribusinya untuk ikut memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Atas latar belakang inilah, satu per satu sosok agen perubahan mulai muncul ke permukaan. Terutama saat pemerintah sudah tidak mampu lagi memberi keadilan.
Melalui Badan Eksekutif Mahasiswa atau lebih dikenal dengan BEM, secara tidak langsung mahasiswa telah ikut menceburkan diri di kancah perpolitikan. Konsep Pemilihan Raya untuk memilih Presiden Mahasiswa ( Presma ), saya rasa dapat dianalogikan dengan Pemilihan Umum untuk memilih Presiden republik ini. Kampanye dengan berbagai macam atribut, hingga debat publik pun menjadi ajang kompetisi untuk menunjukkan siapa sosok pemimpin yang terbaik.
Telah kita rasakan, sejak dulu hingga sekarang, mahasiswa memegang peranan yang cukup diperhitungkan dalam masyarakat, bahkan ikut mengawasi pengambilan kebijakan pemerintahan. Siapa lagi yang mau mengorbankan waktunya untuk beraksi di jalan menyerukan suara rakyat, kalau bukan pemuda, kalau bukan mahasiswa. Jika bukan karena mahasiswa, belum tentu ada reformasi. Sayangnya, terkadang suara lantang mahasiswa dianggap sebagai bumerang bagi sebagian pemegang tampuk kekuasaan. Sejak saat itulah, citra mahasiswa dan BEM yang menggelar aksi menjadi negatif karena dipandang sebagai orang-orang kurang kerjaan yang membuat kerusakan.
BEM dan pemerintah memang sama-sama menaungi rakyat, bedanya BEM berkontribusi untuk mahasiswa tanpa mengharap balasan apa-apa, sedangkan pemerintah, berkontribusi untuk masyarakat, dan dapat dipastikan akan mendapatkan "apa-apa". Di tengah tanggung jawabnya sebagai seorang akademisi, para aktivis BEM harus mengeluarkan energi ekstra, tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya, namun juga memikirkan kemaslahatan bagi orang lain. Dalam perjalanannya, tidak jarang, ada saja yang berguguran. Namun, disinilah keikhlasan mereka diuji, bagaimana mereka harus rela mengorbankan waktu, berjibaku dengan peluh, dan mungkin meneteskan air mata, demi memberikan sebuah pengbdian terbaik.
Lalu, sebenarnya apa esensi dari mahasiswa untuk menciptakan suasana politik di tengah-tengah kampus?. Jawabannya hanya satu, karena pemimpin di masa mendatang akan lahir dari generasi saat ini, pemuda dan mahasiswa. Pemain di dunia perpolitikan harus tahu apa yang menjadi tujuannya, bagaimana caranya untuk fokus mencapai sasaran, dan langkah-langkah apa yang harus diambil agar mampu memberi kontribusi yang terbaik. Sebuah kontribusi untuk bangsa yang dilandasi dengan niat yang ikhlas, bukan untuk popularitas, apalagi kekayaan. Jika yang memegang perpolitikan saja orang awam, akan dibawa kemana masa depan negeri ini?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H