Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama kehadiran gadget dan media sosial, telah mengubah pola komunikasi masyarakat secara fundamental. Di masa lalu, komunikasi publik didominasi oleh media massa tradisional seperti surat kabar, radio, dan televisi, yang bersifat satu arah dan menawarkan kesempatan terbatas untuk berinteraksi. Saat ini, komunikasi publik menjadi lebih interaktif, partisipatif, dan personal berkat media sosial yang dapat diakses melalui gadget.
Sebelum era digital, komunikasi publik cenderung linier, dari media massa ke khalayak. Audiens bertindak sebagai penerima pesan yang pasif. Namun dengan hadirnya internet dan gadget, muncullah media sosial yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah bahkan multi arah.
Melalui media sosial, audiens kini dapat dengan mudah memberikan tanggapan, mengajukan pertanyaan, bahkan menciptakan konten mereka sendiri. Selain itu, mereka dapat berbagi pendapat, memicu diskusi, dan mempengaruhi persepsi orang lain. Siapa pun yang memiliki perangkat dan akses internet dapat menjadi sumber, penerbit, dan komentator.
Gadget, khususnya ponsel pintar, menjadi platform utama dalam mengakses media sosial. Berkat portabilitas dan konektivitas yang disediakan gadget, individu dapat terhubung dengan dunia maya kapan saja dan di mana saja. Hal ini telah menyebabkan perubahan besar dalam pola komunikasi publik.
Media sosial memungkinkan siapa saja untuk mempublikasikan informasi tanpa melalui media massa tradisional. Hal ini menciptakan keberagaman sumber dan memberi ruang bagi suara-suara yang sebelumnya diabaikan untuk didengar. Selain itu, media sosial juga mendorong interaksi dan partisipasi publik dalam berbagai isu. Platform daring memungkinkan pengguna untuk berkomentar, berdiskusi, dan bekerja sama untuk memecahkan masalah. Algoritma media sosial memungkinkan personalisasi konten yang diterima setiap individu. Hal ini memungkinkan pengalaman komunikasi yang lebih relevan dan personal serta informasi menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial dan menjangkau khalayak luas. Fenomena viralitas adalah bukti nyata kekuatan media sosial dalam menyebarkan pesan.
Tentu saja, media sosial memainkan peran penting dalam banyak aspek komunikasi publik sebagai sumber utama informasi dan berita bagi banyak orang. Berbagai platform seperti Twitter, Facebook, dan Instagram digunakan untuk menyebarkan informasi terkini, baik dari media massa maupun individu. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan terkait penyebaran berita palsu dan disinformasi. Opini publik juga dapat terbentuk dan diubah melalui interaksi dan perdebatan di media sosial. Tagar dan kampanye daring sering digunakan untuk mengumpulkan dukungan atau penentangan terhadap suatu isu.
Media sosial dapat digunakan untuk memobilisasi massa untuk berbagai kegiatan sosial seperti penggalangan dana, protes, dan kampanye kesadaran. Pemerintah dan otoritas publik semakin banyak menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan warganya, mengomunikasikan informasi, dan menerima umpan balik. Media sosial telah menjadi platform penting bagi bisnis dan organisasi untuk menjual produk dan layanan mereka serta membangun citra merek mereka.
Media sosial juga memiliki efek positif pada komunikasi publik dan massa.
Misalnya, masyarakat mempunyai akses mudah dan cepat terhadap informasi dari berbagai sumber serta memfasilitasi partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai isu publik. Media sosial juga dapat digunakan untuk memantau kinerja pemerintah dan lembaga publik serta mendorong transparansi, akuntabilitas dan menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia dan memfasilitasi pertukaran informasi dan budaya. Selain itu, media sosial juga menyediakan wadah bagi individu untuk mengekspresikan diri dan berkreasi.
Namun, kita tidak boleh tutup mata bahwa di balik dampak positif itu, terdapat dampak negatif terhadap komunikasi publik dan massa. Seperti, mudahnya penyebaran informasi di media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan berita bohong dan disinformasi yang berpotensi menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Diskusi di media sosial sering kali ditandai oleh polarisasi dan ujaran kebencian, yang dapat menimbulkan konflik sosial. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan pelanggaran privasi dan hilangnya data pribadi serta bisa mengakibatkan kecanduan dan isolasi sosial, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Media sosial juga sering kali menjadi platform untuk perundungan siber dan ujaran kebencian, yang dapat menyebabkan kerusakan psikologis pada korban. Oleh karena itu, kita harus lebih bijak dalam menggunakan media sosial.