Lihat ke Halaman Asli

Nanda Laela Sofi Sasmita

22107030125 Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

Fatherless : Seberapa Penting Peran Ayah bagi Tumbuh Kembang Anak?

Diperbarui: 12 Mei 2023   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source : otcdigest.id

Disebut apakah seorang anak yang tidak merasakan peran ayahnya baik secara fisik maupun psikologis? Fenomena ini dapat kita sebut sebagai "fatherless". Kompasianer mungkin masih sedikit awam dengan istilah tersebut. Namun, perlu diketahui bahwasannya fenomena fatherless ini cukup banyak terjadi di Indonesia. Bahkan Indonesia disebut-sebut menjadi salah satu fatherless country dan masuk menjadi negara tanpa ayah tertinggi ke-3 di dunia. Mari kita bahas secara lebih mendalam untuk mengetahui penyebab dan dampaknya.

Fatherless muncul disebabkan oleh hilangnya peran seorang ayah dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga, fatherless ini tidak hanya ditujukan bagi anak yang tidak merasakan peran ayahnya karena memang ayahnya tidak ada saja. Tetapi juga ditujukan bagi anak yang tidak merasakan peran ayahnya secara maksimal, sekalipun kehadirannya secara fisik ada. 

Misalnya, seorang anak yang tidak dapat merasakan peran ayahnya secara maksimal karena ayahnya terlalu sibuk bekerja sehingga hampir tidak ada waktu untuk keluarga. Secara fisik memang ada sosok ayahnya, tetapi secara psikologis anak tidak dapat merasakan perannya secara utuh. 

Kehadiran orangtua tentu saja menjadi hal yang sangat krusial dalam tumbuh kembang seorang anak. Keduanya memiliki peran masing-masing dalam pembentukan karakter anak. Namun pada kenyataannya, banyak anak yang hanya merasakan peran seorang ibu saja dalam kehidupannya. 

Banyaknya fenomena pernikahan di usia dini karena "kecelakaan" juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh. Kondisi ayah yang terkadang belum siap secara mental dan belum bisa untuk bertanggung jawab sepenuhnya menjadi alasan mereka untuk memilih mengakhiri hubungannya dan bercerai. Sehingga kemudian sang ibu lah yang mau tidak mau harus menggantikan perannya.

Selain itu, krisis atau pun hilangnya peran ayah juga disebabkan oleh peran gender tradisional atau pola pengasuhan patrilineal yang masih banyak diyakini oleh masyarakat Indonesia. Mereka mempercayai bahwa mengurus anak adalah tugas ibu sepenuhnya dan tugas ayah adalah mencari nafkah. Padahal, tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh peran kedua orangtuanya. Tidak hanya ibu, peran ayah secara fisik dan psikologis juga sangat penting bagi anak.

Hubungan antara anak dan ayah dapat mempengaruhi kehidupan sang anak dari kecil hingga dewasa. Bahkan pola interaksi yang dilakukan oleh ayah dan anak, juga akan mempengaruhi bagaimana pola interaksi anak dengan orang lain. Peran ayah juga berpengaruh besar dalam pembentukan karakter anak. Umumnya, anak akan mencontoh ayahnya dalam hal peraturan dan bagaimana menegakkannya. 

Seorang anak juga cenderung akan mencari ayahnya untuk mendapatkan perasaan aman, baik secara fisik maupun emosional. Bagi anak perempuan, bahkan sampi muncul istila bahwa ayah adalah cinta pertama baginya. Sedangkan bagi anak laki-laki, ayah adalah sosok panutan atau role model seumur hidupnya. Lalu, bagaimana dampaknya bagi anak yang mengalami fatherless? Berikut beberapa dampaknya.

1. Anak jadi lebih agresif dan mudah marah

Studi psikologi menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah akan cenderung lebih agresif dan mudah marah. Marah yang dimaksud bukan hanya marah yang teriak-teriak dan melakukan kekerasan. Tetapi bisa juga marah yang di pendam dan tidak terlihat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline