Kompasianer pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah quarter life crisis kan? Istilah ini menjadi populer dikalangan media sosial karena konon banyak orang yang mengalaminya, terutama gen Z yang kini berusia 20-an. Kondisi ini seolah menjadi bayang-bayang yang pasti terjadi bagi gen Z. Mengapa demikian?
Seperti yang kita ketahui bahwa usia 20-an merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa. Masa transisi ini disebut sebagai emerging adulthood. Masa-masa ini diwarnai oleh perasaan antusias khususnya dalam merancang rencana-rencana untuk menghadapi masa depan. Selain itu, masa transisi ini juga biasanya diwarnai oleh tekanan dan perubahan yang tak terduga sehingga menimbulkan ketidakstabilan mental. Tekanan ini dapat muncul dari harapan orang tua, keluarga, pacar, dsb. Pada masa inilah individu akan banyak melakukan eksperimen dan eksplorasi diri untuk mencapai sesuatu.
Quarter life crisis adalah kondisi krisis emosional yang dicirikan dengan perasaan tak berdaya, terisolasi, rasa cemas dan takut akan hal yang belum terjadi. Misalnya, muncul pertanyaan berupa "Kenapa ya kok kayanya aku cuma gini-gini aja? Dia udah bisa mencapai ini, mencapai itu. Kapan ya aku bisa mencapai ini itu?". Pertanyaan-pertanyaan kekhawatiran semacam inilah yang kemudian menyebabkan gen Z jadi overthinking, meragukan kemampuan diri sendiri, dan takut gagal. Kondisi ini juga dicirikan dengan kekhawatiran terhadap hubungan antarpersonal dengan keluarga, teman, dan pasangan.
Quarter life crisis tentunya terjadi bukan tanpa sebab, ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi ini terjadi pada gen Z atau individu pada rentang usia 20 sampai 30 tahunan. Berikut beberapa penyebabnya.
1. Ketidakstabilan Emosi
Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak mampu merespons persoalan yang dihadapi dengan baik. Akibatnya, ia akan merasa terombang-ambing dan merasa tidak memiliki kepastian dan jalan keluar hingga sulit menentukan keputusan . Ketidakstabilan emosi ini dapat dipicu oleh banyak hal, baik dari internal maupun eksternal.
2. Ketakutan yang Berlebihan
Hal ini juga dikenal sebagai istilah FOMO (Fear Of Missing Out), yakni perasaan cemas dan khawatir yang berlebihan akan tertinggal dari suatu trend atau berita terkini. Ketakutan berlebihan ini akan menyebabkan seseorang sulit untuk berfikir jernih. Namun ketakutan ini juga memiliki beragam bentuk, seperti khawatir ketika memulai percintaan, takut tidak mendapatkan pekerjaan, dll.
3. Tidak Memiliki Tujuan yang Jelas
Seringkali seseorang tidak menentukan tujuan yang jelas dalam hidupnya. Padahal tujuan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup. Sekecil apapun itu sebaiknya seseorang menentukan tujuannya dengan jelas agar memiliki arah hidup yang jelas pula dan tidak terjebak dalam quarter life crisis.
Bagi gen Z yang tengah dibayangi oleh kondisi quarter life crisis ini atau bahkan tengah mengalaminya, tak perlu merasa stress. Persiapkan diri untuk menghadapi kondisi ini agar lebih mudah dalam melewatinya. Berikut beberapa cara melewati kondisi quarter life crisis.