Lihat ke Halaman Asli

Nanda Laela Sofi Sasmita

22107030125 Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

Gen Z dan Quarter Life Crisis yang Membayanginya

Diperbarui: 18 Maret 2023   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict from : natih.net

Kompasianer pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah quarter life crisis kan? Istilah ini menjadi populer dikalangan media sosial karena konon banyak orang yang mengalaminya, terutama gen Z yang kini berusia 20-an. Kondisi ini seolah menjadi bayang-bayang yang pasti terjadi bagi gen Z. Mengapa demikian?

Seperti yang kita ketahui bahwa usia 20-an merupakan masa transisi dari remaja menuju dewasa. Masa transisi ini disebut sebagai emerging adulthood. Masa-masa ini diwarnai oleh perasaan antusias khususnya dalam merancang rencana-rencana untuk menghadapi masa depan. Selain itu, masa transisi ini juga biasanya diwarnai oleh tekanan dan perubahan yang tak terduga sehingga menimbulkan ketidakstabilan mental. Tekanan ini dapat muncul dari harapan orang tua, keluarga, pacar, dsb. Pada masa inilah individu akan banyak melakukan eksperimen dan eksplorasi diri untuk mencapai sesuatu. 

Quarter life crisis adalah kondisi krisis emosional yang dicirikan dengan perasaan tak berdaya, terisolasi, rasa cemas dan takut akan hal yang belum terjadi. Misalnya, muncul pertanyaan berupa "Kenapa ya kok kayanya aku cuma gini-gini aja? Dia udah bisa mencapai ini, mencapai itu. Kapan ya aku bisa mencapai ini itu?". Pertanyaan-pertanyaan kekhawatiran semacam inilah yang kemudian menyebabkan gen Z  jadi overthinking, meragukan kemampuan diri sendiri, dan takut gagalKondisi ini juga dicirikan dengan kekhawatiran terhadap hubungan antarpersonal dengan keluarga, teman, dan pasangan.

Quarter life crisis tentunya terjadi bukan tanpa sebab, ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi ini terjadi pada gen Z atau individu pada rentang usia 20 sampai 30 tahunan. Berikut beberapa penyebabnya. 

1. Ketidakstabilan Emosi

Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak mampu merespons persoalan yang dihadapi dengan baik. Akibatnya, ia akan merasa terombang-ambing dan merasa tidak memiliki kepastian dan jalan keluar hingga sulit menentukan keputusan . Ketidakstabilan emosi ini dapat dipicu oleh banyak hal, baik dari internal maupun eksternal.

2. Ketakutan yang Berlebihan 

Hal ini juga dikenal sebagai istilah FOMO (Fear Of Missing Out), yakni perasaan cemas dan khawatir yang berlebihan akan tertinggal dari suatu trend atau berita terkini. Ketakutan berlebihan ini akan menyebabkan seseorang sulit untuk berfikir jernih. Namun ketakutan ini juga memiliki beragam bentuk, seperti khawatir ketika memulai percintaan, takut tidak mendapatkan pekerjaan, dll.

3. Tidak Memiliki Tujuan yang Jelas 

Seringkali seseorang tidak menentukan tujuan yang jelas dalam hidupnya. Padahal tujuan merupakan sesuatu yang penting dalam hidup. Sekecil apapun itu sebaiknya seseorang menentukan tujuannya dengan jelas agar memiliki arah hidup yang jelas pula dan tidak terjebak dalam quarter life crisis.

Bagi gen Z yang tengah dibayangi oleh kondisi quarter life crisis ini atau bahkan tengah mengalaminya, tak perlu merasa stress. Persiapkan diri untuk menghadapi kondisi ini agar lebih mudah dalam melewatinya. Berikut beberapa cara melewati kondisi quarter life crisis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline